Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Gangguan Produksi di Timur Tengah dan AS, Harga Minyak Kembali Mendidih

Harga minyak mentah kembali menguat seiring dengan kekhawatiran pasar bahwa eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah dapat berdampak pada pasokan.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terpantau menguat pada Selasa (24/9/2024) seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah dapat berdampak pada pasokan. 

Potensi badai tropis yang dapat menghambat produksi AS juga mempengaruhi Pergerakan harga minyak.

Mengutip Reuters pada Selasa (24/9/2024), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak November naik 21 sen, atau 0,3%, menjadi US$74,11 per barel. Harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November naik 24 sen, atau 0,3%, menjadi US$70,61 per barel.

Harga minyak ditutup lebih rendah pada Senin kemarin karena kekhawatiran permintaan menjadi perhatian investor setelah aktivitas bisnis zona euro yang mengecewakan dan kekhawatiran yang masih ada mengenai konsumsi bahan bakar China.

Militer Israel mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara terhadap situs-situs Hizbullah di Lebanon pada hari Senin, yang menurut pihak berwenang Lebanon telah menewaskan 492 orang dan menyebabkan puluhan ribu orang melarikan diri demi keselamatan pada hari paling mematikan di negara itu dalam beberapa dekade.

Israel dan Hizbullah, kelompok yang didukung Iran yang berbasis di Lebanon, terlibat dalam aksi baku tembak setelah ribuan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh anggota Hizbullah meledak pekan lalu. Serangan itu secara luas dituding dilakukan oleh Israel.

Hizbullah telah saling baku tembak dengan pasukan Israel di perbatasan sejak sekutunya, Hamas, di Gaza dan Israel berperang pada 7 Oktober.

Bank ANZ dalam catatannya menyebut, pasar minyak khawatir bahwa meningkatnya ketegangan di kawasan ini akan menyeret negara anggota OPEC, yakni Iran, untuk turut terlibat dalam konflik tersebut.

"Pedagang juga mewaspadai cuaca. Pantai Teluk AS berisiko terkena serangan badai pada akhir minggu ini karena konsolidasi cuaca yang bergejolak di Atlantik," jelasnya.

Produsen minyak AS sedang mengevakuasi staf dari anjungan produksi minyak di Teluk Meksiko karena para peramal memperkirakan badai besar kedua dalam dua minggu ini dapat menghancurkan ladang produksi minyak lepas pantai.

Pusat Badai Nasional AS mengatakan potensi badai tropis di tenggara ujung barat Kuba diperkirakan akan berkembang menjadi badai pada hari Rabu dan meningkat dalam 72 jam ke depan saat bergerak melintasi Teluk Meksiko bagian timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper