Bisnis.com, JAKARTA—Harga emas global diperkirakan cenderung meningkat sampai akhir 2025 ke level US$3.500 per troy ounce seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed), pelemahan dolar AS, hingga gejolak geopolitik global.
Harga emas spot terkoreksi 0,10% ke level US$3.384 per troy ounce pada perdagangan Kamis (24/7/2025) per pukul 11.30 WIB. Harga emas global tersebut telah meningkat 28,90% secara year to date (YtD).
Ng Boon Hoa, Chief Investment Office Fixed Income CIMB Group, menyampaikan pihaknya memprediksi harga emas pada kuartal III/2025 berpotensi mencapai US$3.350 per troy ounce, dan naik menuju US$3.500 per troy ounce hingga akhir tahun.
“Harga emas berpeluang meneruskan tren kenaikan hingga akhir 2025, meskipun hingga saat ini harga sudah naik tinggi,” ujarnya dalam acara CIMB Group Media Day 2025 Advancing in ASEAN, dikutip Kamis (24/7/2025).
Menurut Ng Boon Hoa, ada sejumlah faktor yang membuat harga emas pada 2025 cenderung bullish. Pertama, gejolak geopolitik di Timur Tengah dan kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS membuat investor beralih ke aset yang lebih aman. Meskipun isu Tarif Trump mulai mereda seiring dengan tercapainya kesepakatan sejumlah negara, pasar masih diliputi ketidakpastian terkait implementasinya.
Faktor kedua, risiko pelemahan dolar AS di tengah proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed pada semester II/2025. Masih terbuka peluang The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps hingga akhir tahun.
Baca Juga
Indeks dolar AS pada semester I/2025 telah melemah sekitar 11%. Ng Boon Hoa memprediksi perbaikan pergerakan greenback tertahan oleh potensi penurunan suku bunga acuan, terutama kuartal IV/2025.
Faktor ketiga, yang menopang harga emas pada 2025 ialah langkah konsisten bank sentral sebagai pembeli strategis emas. Sejumlah investor institusi juga menambah kepemilikan aset safe haven tersebut, salah satunya dalam bentuk ETF emas.
“Selain emas, faktor-faktor tersebut turut meningkatkan permintaan logam mulia alternatif lainnya, seperti perak dan platinum,” imbuhnya.
Ng Boon Hoa menambahkan pembelian emas oleh bank sentral global mulai melonjak sejak 2022. Hingga saat ini, sejumlah bank sentral masih berkomitmen melakukan pembelian meskipun trennya cenderung melambat.
Mengutip data survei World Gold Council (WGC) pada Juni 2025, bank sentral cenderung berencana menambah kepemilikan aset emas. Sejumlah 73 bank sentral berpartisipasi dalam survei, jumlah tertinggi sejak survei dimulai 8 tahun yang lalu.
Menurut WGC, cadangan emas kemungkinan akan meningkat lebih lanjut dalam 12 bulan ke depan, mengutip ekspektasi 95% bank sentral dalam survei. Lebih dari 40% bank sentral menyatakan bahwa mereka berniat untuk membeli emas dalam 12 bulan ke depan. Setahun yang lalu, proporsi masing-masing persentase adalah 81% dan 29%.
Oleh karena itu, 72% bank sentral mengharapkan proporsi emas dalam total cadangan mata uang akan meningkat sedikit dalam 5 tahun ke depan, sedangkan 4% di antaranya bahkan mengharapkan peningkatan yang signifikan.
Alasan bank sentral melakukan penambahan cadangan emas adalah sebagai aset pilihan di masa ketidakpastian, diversifikasi portofolio, serta posisi emas sebagai penyimpan nilai dan lindung nilai terhadap inflasi.