Bisnis.com, JAKARTA - Tekanan terhadap pasar obligasi membuat investor memindahkan alokasi investasinya ke pasar saham.
Lionel Priyadi, Macro Equity Strategist PT Samuel Sekuritas Indonesia, menyampaikan pasar obligasi global terus tertekan. Para pelaku pasar melanjutkan aksi jual di pasar obligasi AS minggu lalu, sehingga yield Treasury 10 tahun AS naik menjadi 1,61 persen.
"Krisis utang sektor properti Tiongkok semakin meluas melibatkan grup Evergrande, Fantasia, dan Modern Land. Hal ini dapat memicu arus modal keluar (outflow) dari pasar obligasi negara-negara berkembang," paparnya dalam publikasi riset, Senin (11/10/2021).
Grup Evergrande menghadapi batas waktu pembayaran utang obligasi senilai US$148 juta pada hari Senin waktu New York, AS. Adapun, Grup Modern Land di China memulai negosiasi tambahan batas waktu pembayaran utang obligasi US$250 juta dari tanggal 25 Oktober 2021 menjadi 25 Januari 2022.
Arus modal keluar dari pasar obligasi Indonesia mencapai US$,13 miliar pada bulan September dan terus berlanjut di bulan Oktober, mencapai US$406,6 juta month to date per 7 Oktober 2021.
Lionel memprediksi investor global masih akan melanjutkan strategi pengalihan portofolio mereka dengan memindahkan alokasi dari obligasi ke saham.
Baca Juga
Sementara itu, investor asing pada Jumat (8/10/2021) mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp2,422 triliun dan sepanjang tahun 2021 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp28,38 triliun. Mengutip data RTI, dalam sepekan kemarin investor asing cenderung masuk dengan nilai beli bersih Rp10,67 triliun.
Pada penutupan perdagangan Senin (11/10/2021), IHSG turun 0,34 persen atau 22,07 poin menjadi 6.459,69. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.451,67-6.506,09. Meski IHSG tertekan, total transaksi saham mencapai Rp16,19 triliun, dengan aksi beli bersih investor asing Rp903,7 miliar.