Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (19/8/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, pukul 15.06 WIB, rupiah ditutup melemah 0,29% ke posisi Rp16.245,50 per dolar AS. Sementara, indeks dolar AS juga turun 0,16% ke level 98,01.
Sejumlah mata uang negara Asia yang terdepresiasi terhadap dolar AS antara lain adalah dolar Taiwan yang turun 0,26%, won Korea Selatan turun 0,14%, peso Filipina melemah 0,21%, ringgit Malaysia melemah 0,05%, dan baht Thailand turun 0,02%.
Sebaliknya, mata uang negara Asia yang naik terhadap dolar AS antara lain seperti yen Jepang yang naik 0,11%, dolar Hongkong menguat 0,23%, dolar Singapura menguat 0,08%, dan rupee India yang terapresiasi 0,25%.
Adapun, dalam penutupan perdagangan terakhir, Jumat (15/8/2025), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,34% ke level Rp16.170,50. Sementara itu, dolar turut terkoreksi 0,31% ke 97,95.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah sentimen dalam negeri yang mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS adalah adanya rencana pemerintah menarik utang baru senilai Rp781,87 triliun pada 2026 melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman.
Dalam RAPBN 2026, Ibrahim menjelaskan bahwa pembiayaan utang dari SBN direncanakan akan mencapai Rp749,19 triliun atau naik jika dibandingkan outlook 2025. Kemudian, pembiayaan pinjaman (neto) pada 2026 direncanakan sebesar Rp32,67 triliun atau turun 74,9% dibandingkan outlook 2025.
"Kemudian, hari ini akan digelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan memberikan asesmen terhadap kondisi perekonomian global serta domestik, termasuk setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 mengejutkan pasar dengan capaian laju PDB 5,12%. Konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan, BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini yaitu 5,25%," ujarnya.
Di sisi lain, sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina. Ibrahim menjelaskan, Presiden AS Trump telah berjanji bahwa AS akan membantu menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari penyelesaian damai.
Trump, kata Ibrahim, mengatakan telah mulai mengatur pertemuan antara Volodymyr Zelenskiy dari Ukraina dan Vladimir Putin dari Rusia dan mengusulkan diskusi tiga arah berikutnya. Rencana ini menjaga harapan terbukanya jalur negosiasi.
Selain itu, kebijakan tarif AS juga masih membayang-bayangi pergerakan rupiah. Ibrahim bilang, saat ini pasar sedang mencari kejelasan tentang tarif sekunder 25% dari AS terhadap India.
"Pasar juga khawatir tentang tarif tambahan 25% AS yang dikenakan kepada India atas pembelian minyak Rusia, yang akan berlaku efektif pada 27 Agustus. Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, secara eksplisit memperingatkan bahwa India harus menghentikan perdagangan minyak Rusia atau menghadapi konsekuensi lebih lanjut," ujarnya.
Sentimen global lainnya, lanjut Ibrahim, adalah fokus pasar yang sedang tertuju pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada Rabu, serta pidato Ketua Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole pada hari Jumat. Keduanya ini dapat memberikan petunjuk baru tentang prospek kebijakan moneter The Fed.
Atas beberapa faktor tersebut, Ibrahim memproyeksi pada perdagangan besok rupiah akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.240-Rp16.300 per dolar AS.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.