Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dalam lima tahun terakhir makin meninggalkan batu bara sebagai tulang punggung sumber pendapatan.
Dari rekap laporan keuangan perusahaan sejak kuartal II/2020, terpotret kontribusi batu bara dalam pendapatan BUMI terus tergerus, yang mulanya mencapai 99,42% tersisa menjadi 82,17%.
Sebaliknya, dalam setahun terakhir pendapatan yang diperoleh dari emas dan perak melambung tinggi.
Dalam kuartal II/2020, BUMI membukukan pendapatan US$440,44 juta, dengan porsi 99,42% atau US$437,89 juta didapatkan dari penjualan batu bara.
Total pendapatan tersebut kemudian terpangkas 4,22% year on year (YoY) menjadi US$421,86 juta, begitupun dengan pendapatan dari penjualan batu bara yang terkoreksi 5,06% YoY menjadi US$415,74 juta. Dalam kuartal II/2021 ini, kontribusi batu bara dalam total pendapatan turun jadi 98,55%.
Periode berikutnya, total pendapatan BUMI melesat 129,62% menjadi US$968,69 juta, diikuti dengan pendapatan penjualan batu bara yang naik 131,67% menjadi US$963,15 juta. Per kuartal II/2022 ini, kontribusi pendapatan dari penjualan batu bara naik menjadi 99,43%.
Baca Juga
Usai mendapat angin segar dari lonjakan harga batu bara pada 2022, dalam kuartal II/2023 total pendapatan BUMI susut 8,51% ke posisi US$886,27 juta, diikuti dengan penurunan pendapatan dari penjualan batu bara sebesar 9,63% menjadi US$870,43 juta. Kontribusi pendapatan dari penjualan batu bara juga turun menjadi 98,21%.
Pada kuartal II/2024, kontribusi penjualan batu bara dalam pendapatan total BUMI semakin kecil menjadi 89,72%, Rinciannya, total pendapatan mengalami koreksi 32,77% menjadi US$595,84 juta, sedangkan pendapatan dari penjualan batu bara turun 38,59% menjadi US$534,57 juta.
Selanjutnya pada kuartal II/2025, kontribusi pendapatan dari penjualan batu bara turun, meskipun pendapatan meningkat. Dalam enam bulan pertama 2025 ini, total pendapatan BUMI naik 13,78% menjadi US$677,93 juta, diikuti dengan pendapatan dari penjualan batu bara yang meningkat 4,21% menjadi US$557,08 juta. Namun, kontribusinya hanya menjadi 82,17%.
Adapun, saat kontribusi batu bara makin susut, pendapatan dari penjualan emas pada kuartal II/2025 melesat 95,89% YoY dari US$60,04 juta menjadi US$117,61 juta. Tren positif ini melanjutkan pertumbuhan sebesar 304,6% YoY pada kuartal II/2024, usai pada periode yang sama di 2023 pendapatan dari penjualan emas tercatat US$14,84 juta.
Sementara itu, pendapatan dari penjualan perak pada kuartal II/2025 melambung 164,75% YoY dari US$1,22 juta menjadi US$3,23 juta.
Sebelumnya, Vice President Relations & Chief Economist Bumi Resources Achmad Reza Widjaja mengatakan bahwa perseroan menargetkan pendapatan non-batu bara dapat berkontribusi sebesar 50% dari total pendapatan pada 2030.
“Kalau kita lihat sekarang ini, 17% pendapatan dari non-batu bara. Karena kami ada konsolidasi dengan Bumi Resources Minerals, kami punya saham 20% di BRMS, jadi ada masukan pendapatan atau profit dari BRMS tentunya,” ujar Reza.
Di sisi lain, entitas anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) menargetkan produksi emas mencapai 70.000-75.000 troy ounce per akhir 2025. Target tersebut lebih tinggi dibanding hasil produksi emas pada 2023 sekitar 60.000 troy ounce.
Selanjutnya, pada 2026 nanti perseroan menargetkan produksi emas kurang dari 80.000 troy ounce. Hal itu sejalan dengan target perseroan untuk merampungkan pabrik mereka di Gorontalo di bawah anak usaha BRMS PT Gorontalo Minerals. Kemudian, pada 2027 perseroan menargetkan sekitar 80.000—90.000 produksi emas.
Dalam jangka panjang, perseroan menargetkan produksi emas sebesar lebih dari 150.000 troy ounce pada 2028.