Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sektor saham pendorong pertumbuhan ekonomi nasional disebut bisa menjadi penopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang paruh kedua 2025.
IHSG sempat merasakan euforia dari pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal II/2025. Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025 ini berada di atas proyeksi ekonom dan analis sebelumnya.
Berdasarkan proyeksi dari 30 ekonom maupun lembaga yang dihimpun Bloomberg, median atau nilai tengah pertumbuhan PDB pada tiga bulan kedua 2025 adalah 4,8% (YoY). Estimasi tertinggi yakni pertumbuhan hingga 5% sedangkan terendah 4,6%.
Namun, sejumlah analis justru mengimbau investor untuk tidak terlena dengan kondisi tersebut dengan tetap mewaspadai sentimen eksternal seperti arah suku bunga global dan nilai tukar mata uang asing.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat ada lima sektor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II/2025. Lima sektor tersebut seperti sektor manufaktur, pertanian, perdagangan, konstruksi dan tambang.
Berdasarkan data BEI per 7 Agustus 2025, sejumlah indeks sektoral tercatat mengalami penguatan. Indeks tersebut seperti indeks energi yang menguat 9,94%, basic materials naik 33,4%, industrials 1,10%, healthcare naik 10,34%, properties & real estate naik 4,58%, technology naik 128,29%, infrastructures naik 25,43%, dan transportation & logistic menguat 14,56%.
Baca Juga
Sementara itu, indeks sektoral yang masih memiliki kinerja underperform adalah consumer non-cyclicals yang melemah 3,64%, consumer cyclicals melemah 5,79%, dan financials yang turun 0,45% sejak awal tahun.
Sejumlah analis berpendapat beberapa di antara sektor tersebut masih menarik untuk dikoleksi.
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi melihat peluang pertumbuhan masing-masing sektor tersebut masih baik pada semester II/2025.
“Peluangnya masih oke pada paruh kedua 2025, tapi berbeda setiap sektor. Manufaktur dan perdagangan misalnya bisa terbantu konsumsi yang mulai pulih dan momen pada akhir tahun,” kata Wafi, Jumat (8/8/2025).
Lalu, lanjutnya, sektor konstruksi diuntungkan proyek APBN dan swasta di awal pemerintahan baru. Sementara itu, sektor tambang menurut Wafi diuntungkan dengan harga komoditas seperti nikel dan emas yang memiliki harga cukup baik tahun ini.
“Sektor pertanian bisa stabil asal cuaca mendukung,” ucap Wafi.
Adapun untuk semester II/2025 ini, Wafi menuturkan pilihan sektor akan condong ke komoditas tertentu seperti nikel, emas, konstruksi, dan consumer staples.
Beberapa saham yang menjadi pilihan KISI pada paruh kedua adalah INDF dan ICBP untuk consumer staples, SMGR untuk konstruksi, NCKL atau ANTM untuk nikel dan emas. KISI juga memilih saham UNVR sebagai saham defensif pada sisa tahun ini.
Dampak Pertumbuhan Ekonomi RI ke Pasar Modal
Secara terpisah, Analis dan VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memandang data pertumbuhan PDB kuartal II/2025 sebesar 5,12% year on year tidak sepenuhnya merefleksikan kondisi riil.
“Hal ini seiring dengan penurunan investasi asing. Bahkan IHSG outflow mencapai Rp62 triliun sejak awal tahun, kontraksi manufaktur, dan juga minim sentimen tematik,” ucap Audi, Jumat (8/8/2025).
Meski demikian, lanjut Audi, pihaknya melihat terdapat salah satu pendorong pertumbuhan, yaitu ekspor yang tumbuh 10,67% secara tahunan, yang cenderung disebabkan aksi eksportir yang mempercepat ekspor di tengah kekhawatiran tarif impor AS, dan dapat diperkirakan hanya sementara.
Di sisi lain, kata dia, konsumsi rumah tangga cenderung stabil dengan tumbuh 4,97% secara tahunan. Hal ini tecermin pada pertumbuhan kinerja semester I/2025 laba bersih emiten konsumer non-cyclical, atau kebutuhan pokok dan IKK yang berada di level optimis.
“Meski ada momentum tertentu di atas, kami masih tetap berpandangan outlook yang positif pada sektor konsumer non cyclical, keuangan, barang baku dan kesehatan pada semester II/2025,” ujar Audi.
Pandangan positif ini juga didukung oleh potensi pemangkasan suku bunga yang terbuka hingga Desember 2025. Selain pemangkasan suku bunga, pandangan positif juga didukung oleh daya beli yang masih terjaga, dan dampak dari faktor eksternal seperti geopolitik, dan kebijakan tarif yang cenderung lebih terbatas.
Adapun sejumlah saham pilihan Kiwoom Sekuritas untuk paruh kedua ini adalah BBCA dengan rekomendasi buy, dan target harga atau target price (TP) Rp9.250, BMRI dengan rekomendasi buy dan TP Rp6.300, HEAL dengan rekomendasi buy dan TP Rp1.560, serta INDF dengan rekomendasi buy dan TP Rp9.400 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.