Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Aset Kripto Bitcoin Cs Kala Kebijakan Tarif AS Tekan Pasar

Kebijakan tarif AS memicu penurunan pasar kripto, menekan BTC dan ETH. Meski ada tekanan, peluang re-akumulasi terbuka di level penting.
Warga mencari informasi tentang Bitcoin di Jakarta, Rabu (25/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mencari informasi tentang Bitcoin di Jakarta, Rabu (25/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi pemberat pasar kripto pada awal Agustus 2025.

Data terbaru menunjukkan pelemahan signifikan pada permintaan pasar spot Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), disertai berkurangnya arus masuk dari ETF serta perlambatan aktivitas spekulatif. 

Permintaan pasar spot Bitcoin anjlok drastis dari -US$107,1 juta menjadi -$220 juta. Penurunan ini terjadi seiring dengan arus masuk ETF yang menyusut 25%, hanya mencapai US$269,4 juta. Sedangkan, volume perdagangan juga turun dari US$8,4 miliar menjadi $7,5 miliar. Kondisi ini menekan relative strength index (RSI) Bitcoin ke angka 35,8. Level yang mengindikasikan kondisi jenuh jual.

Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai pasar kripto saat ini tengah berada dalam fase konsolidasi kritis, sebagaimana tercermin dari data on-chain. Ia menjelaskan bahwa tekanan jangka pendek memang terlihat jelas, terutama akibat arus keluar dari ETF dan aksi ambil untung oleh investor besar. 

Namun, menurutnya, situasi ini belum menandai berakhirnya bull run, melainkan justru memberi peluang bagi investor untuk melakukan re-akumulasi di level penting, yaitu antara US$110.000 hingga US$112.000, atau sekitar Rp1,79 miliar hingga Rp1,96 miliar (kurs dolar AS Rp16.345).

"Penurunan pasar kripto dipicu oleh kekhawatiran terhadap tarif perdagangan AS dan indikasi perlambatan ekonomi global, yang secara signifikan mengikis kepercayaan investor. Kondisi ini mendorong para pelaku pasar untuk menjauh dari aset berisiko seperti kripto," ujarnya dalam rilis resmi, Kamis (7/8/2025).

Selain itu, aksi ambil untung yang terjadi setelah reli kuat pada bulan Juli lalu turut mempercepat tekanan jual. Meskipun altcoin sempat menunjukkan lonjakan di awal pekan, momentum tersebut tak bertahan lama dan akhirnya menyeret pasar secara keseluruhan turun bersama Bitcoin.

Fyqieh menambahkan bahwa tekanan makroekonomi dan ketidakpastian kebijakan suku bunga dari The Fed juga masih menjadi penentu utama arah pasar dalam jangka pendek. Namun, dari perspektif teknikal, menurutnya potensi pemulihan tetap terbuka selama Bitcoin bertahan di atas US$100.000.

Dia juga menyoroti kekhawatiran pasar semakin diperparah oleh aksi profit-taking dari investor besar. Misalnya, pendiri Maelstrom Fund, Arthur Hayes dilaporkan melikuidasi aset senilai lebih dari US$13 juta, termasuk ETH, ENA, dan PEPE. Sebagian besar dananya kini diparkir dalam bentuk stablecoin USDC.

Langkah tersebut diikuti oleh arus keluar ETF Bitcoin senilai $800 juta dalam satu hari, penarikan terbesar kedua dalam sejarah ETF kripto.

Meski demikian, Fyqieh mengatakan sejumlah analis tetap melihat struktur pasar kripto tetap solid. Saat ini menurutnya pasar masih dalam fase penyesuaian wajar, bukan keruntuhan struktural.

Menurutnya, sentimen jangka panjang tetap ditopang oleh tren investasi institusional dan adopsi perbendaharaan korporasi terhadap aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Toncoin, dan Solana.

Sementara itu, Ethereum (ETH) juga menunjukkan pelemahan. Harga ETH masih bergerak sideways antara $3.524 hingga $3.859 sejak 21 Juli 2025. Tidak adanya dorongan kuat dari sisi leverage dan akumulasi paus membuat potensi breakout tertunda.

“Ethereum saat ini berada dalam fase ketidakpastian teknikal. Rasio leverage yang menurun dan arus bersih negatif dari pemegang besar mencerminkan sikap hati-hati pasar. Jika support di US$3.524 jebol, ETH bisa turun menuju US$3.067," tegasnya.

Namun, menurutnya peluang rebound ke atas US$4.000 tetap terbuka jika terjadi lonjakan volume atau katalis baru dari sisi makro atau ekosistem DeFi. 

Data dari CryptoQuant dan IntoTheBlock menunjukkan bahwa aktivitas spekulatif melemah, dan investor besar mengurangi eksposur mereka terhadap ETH. Hal ini membuat Ethereum semakin bergantung pada sentimen pasar secara keseluruhan dan narasi fundamental baru untuk kembali menguat.

Adapun berdasarkan data Forbes hari ini, Kamis (7/8/2025) pukul 15.34 WIB, harga Bitcoin (BTC) bertengger di level US$114.570. Dalam tujuh hari terakhir angkanya tergerus 3.04%. Sedangkan, Ethereum (ETH) berada di posisi US$3.690, anjlok 4,33% dalam tujuh hari terakhir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro