Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Melesat Imbas Pelemahan Dolar dan Yield Obligasi AS

Harga emas naik 1% level tertinggi dalam lima pekan menyusul pelemahan dolar dan yield obligasi AS di tengah ketidakpastian tarif impor AS.
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Ringkasan Berita
  • Harga emas naik lebih dari 1% akibat pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi AS, mencapai level tertinggi dalam lima pekan.
  • Ketidakpastian menjelang tenggat tarif impor AS dan spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed turut mendukung kenaikan harga emas.
  • Uni Eropa mempertimbangkan langkah balasan terhadap AS, sementara impor emas China mencapai titik terendah sejak Januari.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, LOMBOK — Harga emas naik lebih dari 1% dan menyentuh level tertinggi dalam lima pekan seiring dengan pelemahan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ketidakpastian menjelang tenggat waktu tarif impor Presiden Donald Trump pada 1 Agustus 2025.

Melansir Reuters pada Selasa (22/7/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 1,4% ke level US$3.397,06 per troy ounce, menyentuh level tertinggi sejak 17 Juni. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 1,43% ke posisi US$3.406,40 per troy ounce.

Indeks dolar AS turun 0,6%, membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga turun ke level terendah dalam lebih dari sepekan.

“Menjelang tenggat 1 Agustus, pasar diliputi ketidakpastian, dan hal ini memberikan dukungan pada harga emas,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.

Sementara itu, Uni Eropa tengah mengeksplorasi serangkaian langkah balasan yang lebih luas terhadap AS, menyusul meredupnya prospek tercapainya kesepakatan dagang yang memuaskan dengan Washington, menurut keterangan sejumlah diplomat Uni Eropa.

Dari sisi kebijakan moneter, pelaku pasar saat ini memperkirakan sekitar 59% kemungkinan The Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September, menurut alat pemantau CME FedWatch Tool.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa seluruh institusi Federal Reserve perlu ditinjau ulang secara menyeluruh.

David Meger menambahkan bahwa spekulasi pemangkasan suku bunga AS yang lebih cepat dari perkiraan turut diperkuat oleh rumor mengenai potensi penggantian Ketua The Fed Jerome Powell serta restrukturisasi lembaga tersebut, yang menambah kekhawatiran di pasar.

Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian, emas cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

Data terbaru menunjukkan bahwa China, konsumen emas terbesar dunia, mengimpor 63 metrik ton emas pada bulan lalu—terendah sejak Januari. Sementara itu, impor platinum China pada Juni turun 6,1% dibandingkan bulan sebelumnya.

Adapun harga perak spot naik 2,1% ke US$38,99 per troy ounce, platinum menguat 1,4% ke US$1.440,75, dan palladium juga naik 2,1% ke US$1.266,04.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro