Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Sebut Rupiah Terjaga Stabil, Ada Potensi Penguatan Berlanjut

BI menyampaikan perkembangan terkini hingga 15 Juli 2025 menunjukkan rupiah tetap stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia menyampaikan kinerja rupiah cenderung menguat dalam satu bulan terakhir, tertopang oleh aliran masuk modal asing. Sejumlah ekonom memprediksi apreasisi lebih lanjut usai pemangkasan BI Rate. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah hingga 30 Juni 2025 menguat sebesar 0,34% (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya. Bahkan, perkembangan terkini hingga 15 Juli 2025 menunjukkan Rupiah tetap stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global. 

"Perkembangan nilai tukar ini didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing, terutama ke instrumen SBN [Surat Berharga Negara]," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (16/7/2025). 

Selain aliran investasi portfolio dari nonresiden, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh konversi valas ke rupiah oleh eksportir pascapenerapan penguatan kebijakan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang efektif per Maret 2025. 

Secara umum, Perry memandang perkembangan rupiah relatif stabil bila dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan terhadap kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS, sehingga tetap mendukung daya saing ekspor Indonesia. 

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti menyampaikan aliran modal asing yang masuk atau inflow, mengalir cukup deras dan mendorong penguatan rupiah. Di mana tercatat sekitar Rp57 triliun year to date, yang membantu pasokan valas. "Sehingga itu juga yang membuat mengapa rupiah juga relatif stabil dalam beberapa bulan terakhir ini,” ujarnya. 

Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah stabil didukung komitmen dalam menjaga stabilitas nilai tukar, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik. Strategi ini disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan. 

Penguatan Rupiah Bakal Berlanjut

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro, salah satu ekonom yang sudah memprediksi pemangkasan BI Rate hari ini, menyampaikan bahwa rupiah seharusnya mampu stabil pada level saat ini. 

Terlebih, pelemahan dolar AS diperkirakan bakal berlanjut sehingga rupiah mampu stabil. “Ruang pelemahan rupiah yang dalam semakin kecil karena dolar AS melemah,” tuturnya. 

Begitu pula dengan Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto yang melihat rupiah akan terjaga stabil di rentang Rp16.000 hingga Rp16.500 per dolar AS seperti saat ini. 

Bahkan Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian melihat sejalan dengan kesepakatan dagang dengan AS, akan terjadi perubahan aliran modal, yang memungkinkan negara seperti Indonesia diuntungkan.

Dengan perang dagang, urgensi bagi negara surplus untuk berinvestasi dalam US treasury menjadi turun dan harus terjadi realokasi dari foreign exchange reserve. Hal ini diyakini akan menjadi hal kunci untuk penguatan rupiah dan pemotongan bunga selanjutnya. 

“Jika step ini berhasil, pemotongan BI Rate masih bisa berlanjut sampai ke 4,5% tahun ini dan rupiah dapat terus menguat ke Rp15.500 per dolar tahun ini,” ungkapnya. 

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede meyampaikan prospek nilai tukar rupiah usai pemangkasan BI Rate ke level 5,25% diperkirakan masih akan mengalami tekanan dalam jangka pendek, tercermin dari pelemahan rupiah pada penutupan perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,13% atau 20,5 poin ke level Rp16.287 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,08% ke posisi 98,53.

Menurut Josua, secara teoritis penurunan suku bunga acuan berpotensi mempersempit selisih imbal hasil (yield spread) antara aset domestik dan global, khususnya dengan aset AS, sehingga dapat memicu aliran modal keluar (capital outflow).

Tekanan ini semakin diperkuat oleh kondisi pasar yang sebelumnya tidak sepenuhnya mengantisipasi kebijakan pelonggaran ini. “Pelemahan rupiah hari ini bisa jadi mencerminkan respons pasar yang tengah menyesuaikan posisi atas kebijakan yang lebih dovish dari ekspektasi sebelumnya,” tuturnya. 

Meski demikian, dampak negatif pemangkasan ini terhadap rupiah berpeluang terbatas dan bersifat sementara. Dalam jangka menengah hingga panjang, potensi pelemahan rupiah diperkirakan akan lebih terkendali seiring dengan arah kebijakan moneter BI yang secara bertahap beralih dari pro-stability ke pro-growth.

Apabila sinyal pemulihan ekonomi domestik makin kuat, lanjut Josua, investor global dapat kembali menilai aset Indonesia lebih menarik, yang pada akhirnya akan menjaga daya tarik rupiah di pasar global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper