Bisnis.com, JAKARTA – Para konglomerat Tanah Air, seperti Prajogo Pangestu hingga Hermanto Tanoko, terpantau ramai memboyong bisnisnya ke lantai bursa dengan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) tahun ini.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, setidaknya ada lima perusahaan yang terafiliasi para konglomerat yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun berjalan.
Konglomerat pertama tahun ini yang mencatatkan saham perusahaannya di BEI adalah Happy Hapsoro dengan listing perusahaan migas PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) pada 8 Januari 2025.
Perseroan meraih dana segar dari IPO senilai Rp624,46 miliar dengan menawarkan 543,01 juta saham dalam IPO. Jumlah saham itu mencakup 190,05 juta saham baru dan 352,95 juta saham yang dijual oleh RAJA.
Selanjutnya, Sugianto Kusuma alias Aguan menyusul dengan membawa PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) go public. CBDK resmi tercatat di BEI pada 13 Januari 2025 dengan menghimpun dana segar Rp2,3 triliun.
Kala itu, Sekretaris Perusahaan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) Christy Grassela menilai tingginya antusiasme investor selama proses penawaran umum CBDK merupakan hal yang wajar.
Baca Juga
Hal tersebut mengingat potensi perusahaan untuk menghadirkan performa positif yang sejalan dengan kinerja induk perusahaannya, yaitu PANI.
Pada awal semester kedua ini, konglomerat semakin ramai melancarkan aksi IPO seperti Prajogo Pangestu hingga Djoko Susanto.
Perusahaan terafiliasi Prajogo Pangestu yaitu PT Chandra Daya InvestasiTbk. (CDIA) yang tercatat di BEI pada 9 Juli 2025.
Dengan melepas 12,48 miliar saham baru atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, CDIA meraih dana Rp2,37 triliun lewat IPO.
Keesokan harinya, Perusahaan afiliasi Alfamart milik taipan ritel Djoko Susanto, yakni PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG) atau B-Log ikut melantai di BEI.
Emiten di sektor logistik ini menawarkan sebanyak 563,247 juta saham atau setara dengan 16,67% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
BLOG menetapkan harga IPO sebesar Rp250 per saham. Melalui aksi korporasi ini, perusahaan transportasi dan logistik tersebut meraup sebesar Rp140,81 miliar.
Selanjutnya, taipan asal Surabaya memboyong PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI). Emiten yang bergerak di sektor edukasi itu menawarkan 235,13 juta saham atau 22,72% dari modal ditempatkan dan disetor.
Pada saat IPO, MERI mematok harga Rp128 per lembar dengan total dana hasil penawaran umum sebesar Rp30,09 miliar.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Gilman Pradana mengatakan saat ini Bursa mengejar kualitas dibandingkan kuantitas perusahaan tercatat. Menurut Gilman, penyaringan IPO ini merupakan hak prerogatif BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau usaha kami sendiri, di asosiasi kami triggering dari emiten yang ada. Jadi, misalnya mereka ada holding, kami trigger untuk anak-anak usahanya menjajaki IPO,” kata Gilman ditemui di BEI, Kamis (10/7/2025).
Dia melanjutkan, target dari BEI sebanyak 66 pencatatan saham baru menurutnya masih bisa tercapai di tahun ini. Gilman optimistis anak-anak dari emiten-emiten holding di Bursa dapat melakukan IPO.
Lebih lanjut, Gilman melihat prospek IPO tahun ini akan mengikuti kondisi makro ekonomi. Apabila kondisi makro ekonomi mendukung, maka akan ada ekspansi dan kebutuhan pendanaan untuk ekspansi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.