Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Loyo Semester I/2025, Ada Peluang Rebound di Paruh Kedua?

Ramalan nasib IHSG paruh kedua tahun ini usai mencatatkan kinerja lesu sepanjang semester I/2025.
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025). Bisnis Indonesia/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025). Bisnis Indonesia/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) telah mencatatkan kinerja lesu pada semester I/2025. Bagaimana kemudian nasibnya pada paruh kedua tahun ini?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG memang menguat 0,44% pada akhir paruh pertama 2025 atau hari ini, Senin (30/6/2025) ditutup di level 6.927,67. Namun, IHSG telah melorot 2,15% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 hingga akhir semester I/2025.

Pasar saham Indonesia juga mencatatkan larinya dana asing dengan deras pada semester I/2025. Nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham Indonesia tercatat mencapai Rp53,56 triliun.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja IHSG pada semester I/2025 terkoreksi karena saham berkapitalisasi pasar besar mengalami kinerja jeblok yang menjadi pemberat.

"Kondisi ekonomi global juga kurang kondusif ditambah perekonomian domestik yang relatif masih belum kuat," kata Nafan kepada Bisnis pada Senin (30/6/2025).

Sejumlah sektor mencatatkan kinerja lesu seperti sektor finansial yang melemah 2,31% ytd didorong oleh kinerja keuangan underwealming efek dari perlambatan pertumbuhan kredit.

Kemudian, sektor consumer cyclical melorot 14,03% karena pelemahan daya beli masyarakat dan dampak ketidakpastian ekonomi.

Sementara, pada paruh kedua tahun ini, Nafan menilai IHSG berpeluang untuk bangkit didorong oleh sejumlah faktor.

"Kebijakan moneter akan melonggar. Terdapat perundingan perdagangan yang masih berjalan secara progresif dengan adanya kesepakatan-kesepakatan tarif, itu bisa memberikan dorongan," ujar Nafan.

Selain itu, iklim geopolitik seperti konflik Iran dan Israel yang mulai mereda akan memberikan suntikan bagi pasar saham Indonesia.

"The Fed dan Bank Indonesia juga bisa saja menurunkan suku bunga acuan pada semester II/2025 ini dan itu bagus untuk mereduksi borrowing cost effect. Kemudian dampaknya akan mendorong likuiditas di market," tutur Nafan.

Dia menilai IHSG pada skenario positif bisa mencapai level 7.489. Kemudian, pada skenario negatif mencapai level 6.700.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan pergerakan IHSG pada paruh kedua 2025 masih bisa berfluktuasi mengingat ketidakpastian global seperti adanya perang di Timur Tengah. Selain itu, perang dagang masih berlangsung di mana tenggat waktu keputusan jatuh pada 9 Juli 2025.

"Di sisi lain Presiden AS Donald Trump diisukan ingin menggantikan Ketua The Fed Jerome Powell agar bisa menurunkan suku bunga. Terlebih, pada September 2025 The Fed juga diprediksi menurunkan suku bunga," kata Azis kepada Bisnis pada Senin (30/6/2025).

Kiwoom Sekuritas sendiri menargetkan IHSG pada semester II/2025 yang lebih konservatif berada di level 7.400-7.500.

Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan pergerakan IHSG di paruh kedua 2025 akan sangat bergantung pada sentimen tarif impor AS. Jeda waktu akan jatuh tempo pada 9 Juli 2025.

"Ada juga sentimen suku bunga The Fed yang diprediksi turun pada September 2025. Jika suku bunga turun, akan menjadi sentimen positif untuk indeks secara global termasuk Indonesia. Namun jika suku bunga kembali ditahan seiring data inflasi yang meningkat karena dampak tarif maka menjadi sentimen negatif," kata Angga kepada Bisnis pada Senin (30/6/2025).

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper