Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali dibuka menguat ke level Rp16.255 pada perdagangan hari ini, Rabu (25/6/2025). Rupiah dibuka menguat bersama sejumlah mata uang lain di Asia.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.07 WIB, rupiah dibuka menguat 0,60% ke Rp16.255 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,03% ke 97,83. Sementara itu, sejumlah mata uang lain di kawasan Asia dibuka bervariasi.
Yen Jepang menguat 0,19%, dolar Singapura naik 0,11%, dolar Taiwan menguat 0,37%, dan won Korea Selatan melemah 0,08%. Lalu peso Filipina menguat 0,82%, rupee India menguat 0,90%, yuan China menguat 0,02%, ringgit Malaysia menguat 0,27%, dan baht Thailand menguat 0,21% terhadap dolar AS.
Melansir Reuters, melemahnya dolar AS sejalan dengan mulai berlakunya gencatan senjata antara Iran dan Israel. Investor secara besar-besaran menjual dolar setelah berita tersebut, setelah aksi beli besar-besaran terhadap mata uang safe haven itu selama 12 hari perang antara Israel dan Iran.
Pada perdagangan Rabu (25/6/2025), pergerakan mata uang relatif lebih tenang di perdagangan Asia, meskipun euro tetap berada di dekat level tertingginya sejak Oktober 2021. Poundsterling juga melemah tipis 0,02%, namun tetap mendekati level tertingginya pada hari Selasa.
Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Iran tampak rapuh, untuk saat ini investor tampaknya menyambut jeda ketegangan tersebut.
"Pasar tampak mengabaikan beberapa risiko penurunan. Yang saya tangkap adalah bahwa masalah ini belum selesai, yang berarti bisa kembali menjadi pendorong harga komoditas dan pasar mata uang," kata Head of International and Sustainable Economics at Commonwealth Bank of Australia Joseph Capurso, dikutip dari Reuters, Rabu (25/6/2025).
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, dalam kesaksiannya di hadapan Kongres. Menurut CME FedWatch, pasar tetap memperkirakan kemungkinan sekitar 18% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Juli.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat dan perbaikan dalam inflasi jasa dan perumahan akan melawan dampak kenaikan tarif, memungkinkan pemangkasan suku bunga kembali pada bulan September," tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.