Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Garuda Indonesia (GIAA) Terbang Usai Disuntik Modal Danantara

Saham Garuda Indonesia (GIAA) meningkat signifikan usai mendapatkan pendanaan tahap awal restrukturisasi senilai Rp6,65 triliun dari Danantara.
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) melonjak setelah emiten maskapai BUMN ini meraih pendanaan tahap awal restrukturisasi senilai Rp6,65 triliun dari Danantara Indonesia. 

Danantara Indonesia, melalui PT Danantara Asset Management (Persero), mengucurkan pendanaan awal sebesar US$405 juta atau Rp6,65 triliun kepada Garuda Indonesia dalam bentuk pinjaman pemegang saham (shareholder loan). 

Dari jumlah tersebut, Citilink akan menerima pinjaman sebesar Rp4,82 triliun sedangkan nilai bersih yang diterima Garuda Indonesia mencapai Rp1,82 triliun.

Dana ini nantinya akan digunakan untuk perawatan dan peningkatan kesiapan operasional armada Garuda Indonesia Group, baik Garuda sebagai full service carrier (FSC) maupun Citilink sebagai low cost carrier (LCC).

Selanjutnya, Danantara dan Garuda akan melanjutkan transformasi dengan menitikberatkan pada optimalisasi kinerja operasional dan finansial sebagai bagian dari agenda jangka panjang menuju maskapai berkelanjutan.

“Dengan adanya corporate action dari Danantara, kami proyeksikan tahun 2026 menjadi titik balik bagi Garuda Indonesia,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani saat konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/6/2025).  

Seturut dengan aksi korporasi yang dilakukan Danantara, saham GIAA terpantau mengalami kenaikan. Berdasarkan data RTI Infokom, saham GIAA meningkat 10% ke level Rp77 per saham hingga pukul 10.45 WIB, Rabu (25/6/2025).

Harga saham itu mencerminkan pertumbuhan sebesar 40% sejak awal tahun (year to date/YtD), serta menguat hingga 87,80% dalam kurun 3 bulan terakhir. 

Selain itu, total volume perdagangan saham GIAA mencapai 108,77 juta dengan nilai turnover sebesar Rp8,37 miliar. Adapun, kapitalisasi pasar dari emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2011 ini bertengger di angka Rp7,04 triliun. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, mengatakan suntikan modal Danantara ke GIAA memberikan sentimen positif jangka pendek karena memperlihatkan keseriusan pemerintah dalam menyelamatkan Garuda. 

“Aksi ini mengirimkan sinyal bahwa pemerintah serius menyelamatkan BUMN strategis dan memperkuat kepercayaan pasar terhadap keberlanjutan operasional Garuda Indonesia,” ujar Ekky kepada Bisnis, Rabu (25/6/2025). 

Meski demikian, dari sisi valuasi, dampak suntikan modal kemungkinan masih terbatas jika tidak diikuti dengan perbaikan kinerja operasional perseroan. Menurut Ekky, investor juga melihat langkah ini sebagai katalis jangka pendek dan bukan penentu tren jangka panjang selama belum ada kepastian perbaikan arus kas.

Masalahnya, hingga kuartal I/2025, GIAA memiliki beban utang senilai US$7,88 miliar. Dengan demikian suntikan dana US$405 juta hanya sekitar 5% dari beban.

“Artinya, dana ini berfungsi sebagai dukungan likuiditas jangka pendek, belum cukup untuk menyelesaikan permasalahan fundamental yang dihadapi Garuda,” ucapnya.

Ekky menyatakan bahwa GIAA masih perlu melakukan langkah strategis, seperti efisiensi biaya operasional, renegosiasi kewajiban jangka panjang, dan perbaikan struktur keuangan secara menyeluruh agar proses pemulihan berjalan optimal.

Proses pemulihan juga dinilai memerlukan waktu dan perbaikan di banyak aspek. Untuk itu, suntikan modal dianggap belum cukup mendorong pemulihan kinerja secara langsung karena GIAA masih menghadapi tantangan dari sisi operasional, termasuk efisiensi, manajemen biaya, serta ketergantungan pada faktor eksternal seperti harga avtur, nilai tukar rupiah, dan pemulihan industri penerbangan. 

“Saat ini, saham GIAA masih menarik untuk strategi trading jangka pendek dengan memanfaatkan sentimen, tetapi belum cukup kuat untuk dijadikan investasi jangka panjang tanpa adanya pembuktian kinerja keuangan yang konsisten,” kata Ekky.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper