Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Terjungkal ke Level Rp16.454 saat Dolar AS Melesat

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke posisi Rp16.454,5 pada perdagangan hari ini, Senin (23/6/2025).
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (14/1/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (14/1/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.454,5 pada perdagangan hari ini, Senin (26/5/2025). Di sisi lain, greenback melonjak usai AS melakukan penyerangan ke Iran.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 58 poin atau 0,35% menuju level Rp16.454,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,34% ke 99,04. 

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka melemah. Yen Jepang terkontraksi 0,37% bersama won Korea sebesar 0,85%. Sementara itu, yuan China dan ringgit Malaysia juga melemah dengan persentase masing-masing 0,09% dan 0,63%. 

Sejumlah ekonom telah mewanti-wanti bahwa konflik di Timur Tengah berpotensi menekan nilai tukar rupiah sekaligus memicu perlambatan ekonomi Indonesia. 

Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyebut bahwa jika Selat Hormuz mengalami gangguan, maka pasokan energi menjadi terganggu. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia akan melambat. Konflik juga berisiko mengganggu arus modal dan pelemahan nilai tukar rupiah. 

“Selain itu, risiko dunia meningkat, capital flow terganggu, bunga meningkat dan rupiah berpotensi tertekan,” ujarnya kepada Bisnis pada Minggu (22/6/2025).

Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi menyatakan perang antara Israel dan Iran, yang saat ini melibatkan AS harus menjadi alarm serius bagi Indonesia. 

Menurutnya, Indonesia tidak boleh menonton dalam diam. Pasalnya, serangan AS ke Iran tidak hanya mengguncang Timur Tengah, tetapi juga menggoyang fondasi ekonomi dan geopolitik negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

“Pemerintah Indonesia harus segera bertindak, bukan sekadar membuat pernyataan normatif. Presiden dan jajarannya harus mempersiapkan langkah darurat menghadapi lonjakan harga minyak dunia,” ujar Syafruddin. 

Dia pun menilai ketergantungan Indonesia pada impor energi akan menjadi beban fiskal jika harga minyak tembus US$100 per barel. Dalam APBN 2025, pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia pada level US$82 per barel. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper