Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan kilang minyak di China selaku pembeli terbesar minyak mentah dari Iran saat ini merasa tidak khawatir dengan perkembangan konflik di Timur Tengah. Adapun, China mencatatkan cadangan minyak yang cukup untuk menjadi penyangga sementara.
Berdasarkan data Kayrros yang memonitor pasokan minyak di China, saat ini total inventori minyak di Negeri Panda mencapai rekor 1,18 miliar barel. Co-founder and Chief Analyst Kayrros Antoine Halff mengatakan porsi itu termasuk kepemilikan kilang minyak swasta di kawasan Shandong, yang mencapai 335 juta barel seiring dengan adanya tanki penyimpanan baru dan fasilitas yang baru dibuka.
Data dari OilX, bagian dari Energy Aspects, menunjukkan volume minyak mentah saat ini relatif tinggi dibandingkan dari level musiman biasanya. Bahkan, inventori di Shandong bulan ini diperkirakan berada 10% di atas jumlah pada periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya, Mysteel OilChem menunjukkan inventori minyak di China memberikan ruang untuk perusahaan kilang minyak untuk terus beroperasi, setidaknya untuk saat ini. Adapun, permintaan minyak juga saat ini memasuki musim rendah permintaan, dengan tingkat pemrosesan di kilang independen sebesar 45% atau terendah dalam tiga bulan.
Analis Energy Aspects Ltd. Jianan Sun mengatakan penyuling tidak akan terburu-buru untuk mencari sumber minyak baru menggantikan Iran untuk saat ini.
"Jika kilang China kehilangan minyak mentah dari Iran, kami tidak yakin mereka akan menggantikan semua barel Iran ke jenis minyak yang terhubung ke harga acuan, karena sebagian dari mereka akan terpaksa mengurangi kapasitas operasinya," kata Sun, dikutip Bloomberg, Jumat (20/6/2025).
Adapun, pasar minyak mentah global terpukul dalam beberapa pekan terakhir setelah Israel menyerang Iran, dengan alasan ingin menekan program nuklir Iran. Situasi makin rumit ketika saat ini AS tengah mempertimbangkan untuk masuk dan mendukung Israel.
Serangan Israel itu memunculkan kekhawatiran akan menyerang infrastruktur, tanki, maupun pos pemeriksaan minyak mentah. Hal itu akan mengganggu rantai pasok minyak karena Iran merupakan produsen minyak terbesar dari negara-negara Teluk.
Khawatir dengan gangguan ke industri minyak, Beijing lewat Menteri Luar Negeri China Wang Yi sudah memperingatkan kedua negara bahwa konflik Iran-Israel bisa memicu ketidakstabilan. Adapun, China merupakan importir terbesar minyak dunia dan negara tujuan utama pengiriman minyak Iran.