Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor asing mengoleksi Surat Berharga Negara (SBN) disebut tetap tinggi walaupun ada penurunan imbal hasil. Adapun, investor global terpantau masuk ke pasar negara berkembang belakangan ini di tengah pelemahan dolar AS.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyebut obligasi Indonesia masih tetap atraktif di mata investor asing meski tengah mengalami penurunan imbal hasil (yield).
Febrio menuturkan, tingkat yield SBN Indonesia sudah turun sekitar 40 basis poin dibandingkan dengan posisi awal 2025. Meski demikian, dia menyebut surat utang pemerintah Indonesia masih atraktif bagi para pemegang modal.
Daya tarik pasar SBN Indonesia didukung oleh stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal pemerintah yang cenderung prudent. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya capital inflow ke pasar SBN Indonesia.
"Sehingga secara year to date sekarang kita sudah Rp50 triliun lebih capital inflow ke dalam SBN kita," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Febrio menyebut, derasnya aliran dana asing di tengah penurunan imbal hasil merupakan fenomena langka yang terjadi di emerging market. Pada umumnya, penurunan yield akan berdampak pada keluarnya dana asing (capital outflow) yang kemudian akan mengerek naik imbal hasil.
"Nah kalau Indonesia terbalik, kita capital inflow, yield-nya turun. Ini karena memang banyak ketertarikan untuk membeli SBN kita," jelas Febrio.
Untuk menjaga kepercayaan pasar, Febrio mengatakan ke depannya Kemenkeu akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan belanja yang semakin efisien dan menghasilkan multiplier effect.
Selain itu, pemerintah juga akan menjaga stabilitas fiskal sembari mendorong resiliensi ekonomi. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan pemberian stimulus dalam jangka pendek dan menjaga disiplin APBN hingga akhir tahun.
"Sehingga ini akan tetap memberikan kepercayaan bagi pasar," ujarnya.