Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Asean Diburu Investor Global, RI Raup Rp50 Triliun Capital Inflow

Kementerian Keuangan menyebut surat berharga negara (SBN) Indonesia tetap atraktif di mata investor asing meski tengah mengalami penurunan imbal hasil.
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Beli Negara Berkembang, Jual Amerika

Tren yang dinikmati Indonesia juga terasa pada negara-negara lain di kawasan Asean. Melansir Bloomberg, obligasi negara-negara Asia Tenggara menjadi incaran investor global meski menawarkan imbal hasil (yield) terendah dalam sejarah. 

Pergeseran minat dari aset-aset Amerika Serikat serta ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan mendorong lonjakan permintaan tersebut.

Berdasarkan data Bloomberg, lonjakan permintaan obligasi Asean sejalan dengan tren "sell America", di mana investor menarik dana dari aset-aset AS akibat kekhawatiran terhadap kebijakan Presiden Donald Trump. 

Permintaan asing terhadap obligasi Asia Tenggara cukup solid pada kuartal ini. Malaysia menerima aliran dana hampir US$5 miliar di tengah spekulasi bahwa bank sentralnya—yang menjadi satu-satunya bank sentral di kawasan yang belum memangkas suku bunga—akan bergerak pada Juli. 

Sejak April, dana global telah mengalir ke obligasi Thailand dan Indonesia masing-masing sebesar US$1,4 miliar dan US$2,4 miliar, menempatkannya di jalur masuk modal terbesar setidaknya dalam tiga kuartal terakhir. 

Tidak hanya karena imbal hasil, sebagian investor juga menjadikan surat utang Singapura sebagai safe haven alternatif dari US Treasury yang kini tertekan oleh kekhawatiran terhadap utang dan defisit fiskal AS yang memburuk.

“Penurunan peringkat utang pemerintah AS oleh Moody’s menyoroti kondisi fiskal Singapura yang jauh lebih sehat dengan peringkat AAA. Saya yakin obligasi Singapura akan terus menarik minat investor yang lebih berhati-hati,” kata Homin Lee, analis makro senior di Lombard Odier, Singapura.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper