Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham pelat merah atau yang tergabung dalam indeks IDX BUMN20 berkinerja moncer. Penguatan harga saham terjadi di tengah momen tebaran dividen jumbo.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) IDX BUMN20 memang melemah 0,06% pada perdagangan terakhirnya, Rabu (28/5/2025) ke level 383,7. Namun, IDX BUMN20 telah menguat 10,38% dalam sebulan perdagangan terakhir.
Adapun, IDX BUMN20 mencatatkan peningkatan 8,58% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Kinerja IDX BUMN20 pun paling kinclong dibandingkan indeks utama seperti indeks harga saham gabungan (IHSG) yang naik 1,35% YtD, IDX30 naik 0,61% YtD, dan indeks LQ45 melemah 1,44% YtD.
Deretan saham-saham BUMN pun menanjak dalam sebulan perdagangan terakhir dan mulai masuk ke zona hijau. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya telah naik 9,07% YtD ke level Rp4.450 per lembar pada penutupan perdagangan terakhirnya, Rabu (28/5/2025).
Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah di zona hijau, naik 3,2% YtD ke level Rp4.490 per saham. Kemudian, harga saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) naik 4,06% YtD ke level Rp2.820 per saham.
Lalu, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) telah menanjak 14,47% YtD ke level Rp1.820 per saham pada perdagangan terakhirnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan salah satu sentimen positif yang mendorong kinerja saham emiten-emiten BUMN itu adalah momentum tebaran dividen jumbo.
"Dividen royal emiten-emiten BUMN tentu menjadi sentimen positif yang cukup kuat dalam mendongkrak kinerja sahamnya, khususnya dalam jangka pendek hingga menengah," kata Miftahul kepada Bisnis pada Kamis (29/5/2025).
Apalagi, terdapat kenaikan nilai tebaran dividen serta dividend payout ratio dari sejumlah emiten BUMN. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya memutuskan untuk menebar dividen tahun buku 2024 sebesar Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham. Rasio tebaran dividen atau dividend payout ratio dari BMRI mencapai 78%.
Baik nilai dan dividend payout ratio pada tahun buku 2024 itu naik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, BMRI memutuskan menebar dividen Rp353,96 per saham atau Rp33,03 triliun. Dividend payout ratio BMRI pada tahun buku 2023 mencapai 60%.
Begitu juga dengan BBRI. Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun ini, BBRI memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham dengan rasio 85,32%.
Sementara, pada tahun sebelumnya tebaran dividen BBRI mencapai Rp48,1 triliun atau Rp319 per saham dengan rasio 80%.
TLKM juga memutuskan tebaran dividen sebesar Rp21,04 triliun atau Rp212,4 per saham dengan rasio 89%.
Dividen yang akan dibagikan TLKM kepada pemegang saham tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, di mana TLKM memutuskan tebaran dividen tahun buku 2023 sebesar Rp17,68 triliun atau Rp178,5 per saham dengan rasio 72%.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) pun memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp648,75 miliar atau Rp96,21 per saham dengan rasio tinggi 90,13%.
Tebaran dividen dan rasio SMGR itu meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya, di mana SMGR menebar dividen Rp572 miliar atau Rp84,70 per saham, dengan rasio 26,36%.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) memutuskan tebaran dividen sebesar Rp1,13 triliun atau Rp156,23 per saham, dengan rasio 25% untuk tahun buku 2024. Tahun sebelumnya, JSMR menebar dividen sebesar Rp274,8 miliar atau Rp37,86 per saham dengan rasio hanya 4% dari laba tahun buku 2023.
PGAS memutuskan tebaran dividen US$271,54 juta atau 80% dari labanya mengacu keputusan RUPST pada Rabu (28/5/2025). Tebaran dividen itu naik dari tahun sebelumnya, di mana PGAS menebar dividen US$222,43 juta atau 80% dari laba tahun buku 2023.
"Kenaikan rasio dividen payout ini juga bisa mencerminkan fundamental yang masih solid sekaligus upaya pemerintah untuk memaksimalkan nilai ekonomis dari perusahaan BUMN," ujar Miftahul.
Terlebih, tebaran dividen jumbo beriringan dengan pembentukan superholding BUMN, Danantara yang juga bisa menjadi potensi arus balik dana dividen ke investasi strategis. Danantara pun dinilai menjadi katalis yang memperkuat optimisme pasar terhadap prospek emiten BUMN secara menyeluruh.
"Secara prospek, kami kira sebagian besar perusahaan BUMN tetap menjanjikan, apalagi jika reformasi struktural terus berlanjut dan peran Danantara mampu dieksekusi secara optimal," ujar Miftahul.
Namun, tantangan bagi emiten BUMN tetap ada. Salah satu tantangan yang utama adalah risiko intervensi politik. Selain itu, efisiensi dan tata kelola yang belum merata di semua BUMN juga bisa menjadi hambatan.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga menilai dividen jumbo dari emiten BUMN tahun ini memang menjadi sentimen positif yang cukup kuat di pasar. Harga saham deretan emiten BUMN pun terdongkrak.
"Beberapa emiten besar seperti BBRI, BMRI, dan BBNI telah mengumumkan pembagian dividen yang signifikan, mencerminkan kinerja keuangan yang solid dan arus kas yang sehat," kata Felix kepada Bisnis.
Langkah tebaran dividen yang royal juga sejalan dengan pembentukan superholding BUMN, yakni Danantara. Sovereign wealth fund itu akan mengelola dan menginvestasikan kembali penerimaan dividen dari emiten-emiten pelat merah.
IDX BUMN20 sebagai indeks yang mencakup 20 saham BUMN terpilih juga telah menunjukkan kinerja yang paling moncer di indeks utama pasar saham Indonesia didorong oleh fundamental yang kuat dari emiten-emiten di dalamnya serta sentimen positif dari kebijakan pemerintah.
"Secara umum, dividen yang besar dan langkah strategis seperti pembentukan Danantara memberikan prospek positif bagi saham-saham BUMN," ujar Felix.
Namun, menurutnya, investor tetap perlu mencermati tantangan yang ada dan melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.