Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat dua saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bakal masuk ke dalam MSCI Small Cap Index. Sementara, empat saham di Bursa didepak dari indeks tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi berkala yang dipublikasikan Rabu (5/5/2024), MSCI Inc. melakukan perombakan konstituen sejumlah indeks acuan yang dikelolanya. Periode efektif perombakan konstituen untuk indeks saham baik Global Standard Index, Small Cap Index, dan Micro Cap Index untuk periode 2 Juni 2025 – 1 September 2025.
Evaluasi selanjutnya kemudian akan diumumkan pada 12 Agustus 2025 sampai dengan tanggal efektif 1 September 2025.
Untuk MSCI Indonesia Small Cap, dua saham masuk indeks dan empat saham dihapus. Dua saham yang masuk dalam MSCI Small Cap Index itu yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Kemudian, empat saham yang keluar dari MSCI Small Cap Index adalah PT Harum Energy Tbk. (HRUM), PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), serta saham PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA).
Sementara, tidak ada saham yang masuk dan keluar dari indeks MSCI Indonesia Global Standard serta MSCI Indonesia Micro Cap.
Sebagaimana diketahui, MSCI atau Morgan Stanley Capital International merupakan indeks saham yang diluncurkan oleh sebuah lembaga riset internasional Morgan Stanley. MSCI juga merupakan perusahaan penyedia indeks saham dan obligasi yang sudah terkenal di seluruh dunia.
Secara tidak langsung, MSCI berguna untuk mengukur kinerja pasar di sebuah wilayah yang sudah ditetapkan sesuai dengan standar perhitungan MSCI.
Secara teoritis, ketika suatu saham masuk indeks MSCI, hal ini seringkali menandakan peningkatan likuiditas dan perubahan persepsi pasar terhadap saham tersebut. Inklusi dalam indeks global seperti MSCI memberi sinyal positif kepada investor internasional dan domestik, menunjukkan bahwa saham tersebut telah memenuhi standar tertentu dalam hal kinerja dan stabilitas.
Akibatnya, saham tersebut cenderung mengalami peningkatan volume perdagangan karena banyak manajer investasi (MI) yang mengikuti indeks ini akan mulai memasukkan saham tersebut dalam portofolio mereka. Sebagai contoh, Indeks MSCI dapat menjadi produk reksa dana indeks ataupun exchange traded fund (ETF) yang dikelola MI.
Masuknya saham ke indeks MSCI juga dapat meningkatkan kredibilitas dan visibilitas di mata investor. Selain itu, masuknya saham ke indeks berpotensi meningkatkan nilai saham karena permintaan yang meningkat, serta diversifikasi investor yang lebih luas, termasuk investor asing dan institusional.
Namun, terdapat pula risiko yang dimiliki saham. Masuknya suatu saham ke dalam indeks prestisius ini juga dapat membawa volatilitas harga yang lebih tinggi. Peningkatan minat dan aktivitas perdagangan seputar saham tersebut, khususnya menjelang dan sesaat setelah pengumuman inklusi, dapat menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan.
Untuk masuk ke dalam indeks MSCI, sebuah saham harus memenuhi serangkaian kriteria yang mencakup kapitalisasi pasar yang besar, tingkat likuiditas yang tinggi, dan aksesibilitas bagi investor internasional.
MSCI menilai likuiditas berdasarkan frekuensi dan volume perdagangan, memastikan bahwa saham tersebut diperdagangkan secara aktif dan dapat diakses dengan mudah oleh investor di seluruh dunia. Selain itu, saham tersebut harus sesuai dengan klasifikasi sektor dan geografis yang ditentukan oleh MSCI.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.