Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menambah lajunya pada perdagangan sesi kedua hari ini. Adapun, investor tengah mencermati kondisi geopolitik yang mereda serta rilis data inflasi AS yang akan memberi arah kebijakan suku bunga The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG mengalami kenaikan 1,91% menjadi 7.750 pada pukul 13.35 WIB. Sebanyak 366 saham menguat, 248 saham melemah, dan 183 saham stagnan siang ini.
Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia tercatat Rp13.974,52 triliun. IHSG sempat menyentuh level tertingginya 7.758 dan terendah 7.646 di sepanjang perdagangan sejauh ini.
Dari pantauan Bisnis, sederet saham lapis dua di Papan Pengembangan melaju kencang dipimpin oleh emiten BUMN PT PP Presisi Tbk. (PPRE) yang harga sahamnya melonjak 34,18% ke level Rp106 per lembar pada akhir perdagangan sesi I.
Selain itu, emiten rumah sakit swasta PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) turut memuncaki top gainers dalam perdagangan paruh hari, dengan melesat 29,49% ke Rp101 per lembar.
Pada posisi ketiga, PT Impack Pratama Industri Tbk. (IMPC) turut melesat 25% ke Rp825 per lembar. Dengan begitu, IMPC telah terapresiasi sebanyak 65% dalam sepekan perdagangan.
Tak ketinggalan, saham blue chip sejumlah emiten perbankan besar juga turut mencatatkan kenaikan. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), misalnya, mencatatkan kenaikan 3,60% ke Rp4.890, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menguat 3,94% ke Rp3.960, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menguat 2,63% ke Rp8.775.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menerangkan, kenaikan IHSG pada sesi pertama perdagangan hari ini menunjukkan korelasi yang positif antara kondisi geopolitik dengan pasar modal dalam negeri.
Nafan menerangkan, perpanjangan gencatan tarif AS–China hingga 90 hari menjadi salah satu katalis bertumbuhnya IHSG hari ini. Selain itu, rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus mendatang turut memberikan sentimen positif terhadap kondisi pasar dalam negeri.
“Di sisi lain, pelaku pasar menantikan data Consumer Price Index AS yang diprediksi naik seiring dengan kebijakan tarif Trump,” katanya saat dihubungi, Selasa (12/8/2025).
Selain itu, Nafan menerangkan, aksi beli asing juga telah mulai terjadi secara harian ketika memasuki Agustus 2025. Menurutnya, secara historis, aksi net foreign buy memang biasanya mulai tampak pada paruh kedua 2025.
“Apalagi memanfaatkan potensi IHSG sepanjang Agustus, yang kalau kita lihat secara lima tahun terakhir, masih dalam keadaan bullish,” tambahnya.
Dari dalam negeri, Nafan menerangkan bahwa demi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2025, pemerintah dinilai perlu menggenjot realisasi investasi dengan memberikan kemudahan perizinan dan regulasi bagi calon investor.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.