Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

12 Emiten Baru Listing di Bursa Tahun Ini, Sahamnya Ada yang Meroket 350%

Sejauh ini sudah ada 12 emiten baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2025.
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Sejauh ini sudah ada 12 emiten baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2025. Terdapat sejumlah emiten yang mencatatkan lonjakan harga sejak listing dengan penguatan harga hingga 350%.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 12 emiten yang mencatatkan saham lewat initial public offering (IPO) pada periode tahun berjalan 2025. Terbaru, bulan ini PT Fore Kopi Indonesia Tbk. (FORE) dan PT Medela Potentia Tbk. (MDLA) ikut menyusul di lantai bursa.

Dari deretan saham IPO tahun ini, terdapat sejumlah saham yang berkinerja moncer. PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) bahkan mencatatkan lonjakan harga saham 350% sejak IPO. 

RATU menawarkan saham IPO di harga Rp1.150 per lembar. Pada perdagangan hari ini, Rabu (23/4/2025), harga saham RATU terparkir di level Rp5.175 per lembar.

Kemudian, harga saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk. (MINE) telah melonjak 128,7% sejak IPO ke level Rp494 per lembar pada perdagangan hari ini. MINE menawarkan harga IPO di level Rp216 per lembar.

Harga saham PT Delta Giri Wacana Tbk. (DGWG) juga melonjak 91,3% sejak IPO, ke level Rp440 per lembar pada perdagangan hari ini. Harga saham IPO DGWG di level Rp230 per lembar.

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) juga mencatatkan kenaikan harga saham 73,03% ke level Rp7.025 per lembar pada perdagangan hari ini. CBDK saat IPO mematok harga Rp4.060 per lembar.

Selain itu, FORE yang baru IPO pekan lalu mencatatkan kenaikan harga saham 95,74% sejak IPO ke level Rp368 per lembar. Harga saham IPO FORE mencapai Rp188 per lembar.

Meskipun, terdapat pula sejumlah saham IPO tahun ini yang berkinerja jeblok. Harga saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI) misalnya turun 33,68% sejak IPO ke level Rp1.585 per lembar. 

Harga saham PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI) turun 57,63% sejak IPO ke Rp50 per lembar dan harga saham PT Hero Global Investment Tbk. (HGII) turun 10% sejak IPO ke Rp180 per lembar.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi menilai terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan saham-saham IPO. Pertama adalah pengaruh adanya dana segar yang masuk ke perusahaan.

"Ketika perusahaan mendapatkan dana segar dari IPO, biasanya akan digunakan untuk ekspansi dan biasanya akan berimbas positif ke kinerja emiten di masa depan," kata Imam kepada Bisnis pada Rabu (23/4/2025).

Meskipun penggunaan dana untuk utang, hal ini juga dapat memperbaiki kinerja karena beban bunga kemungkinan akan turun sehingga margin dapat membaik.

Faktor kedua merujuk ke tren historis. Biasanya ketika ada perusahaan IPO yang memang mempunyai kinerja menarik dari berbagai aspek dan mempunyai valuasi yang atraktif, dapat mendorong pelaku pasar untuk berbondong-bondong melakukan pembelian saham.

Ketiga, alasan emosional pelaku pasar yang tertarik memborong saham IPO. Keempat, faktor adanya catatan konglomerasi dari emiten IPO. RATU misalnya merupakan anak usaha dari PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) dan CBDK merupakan anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI).

"Pelaku pasar akan melihat historis pergerakan induk usahanya atau emiten yang masih dalam konglomerasinya. Jika induk atau emiten yang masih satu konglomerasi mempunyai kinerja saham yang baik, hal ini dapat dijadikan benchmark oleh perlaku pasar untuk membeli saham IPO," tutur Imam.

Adapun, Imam menilai ke depan kinerja saham-saham IPO bisa tertekan dengan adanya faktor makro yang kurang mendukung. Selain itu, saham-saham yang IPO juga relatif mempunyai valuasi yang premium. Dengan demikian, investor disarankan untuk mencermati waktu yang tepat untuk mengakumulasikan saham anyar IPO. 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan lonjakan saham emiten IPO di Bursa terjadi biasanya karena oversubcribe serta aksi emiten yang dijalankan. 

"Namun, saat ini aksi profit taking investor sudah terjadi," ujar Nafan kepada Bisnis pada pada Rabu (23/4/2025). 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper