Short Selling Diproyeksi Picu Volatilitas
Serangkaian dampak akan langsung terasa begitu short selling kembali dilakukan. Yi Ping Liao, manajer portofolio di Franklin Templeton Emerging Markets Equity menyebut, volatilitas yang meningkat kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu dekat.
Namun, dia menyebut jika perusahaan membuat kemajuan dalam tata kelola dan pengembalian pemegang saham, seperti yang diminta oleh kampanye “Value-up” yang disponsori pemerintah, harga saham dapat menyempit lebih jauh karena kembalinya short selling.
Adapun, Kospi menjadi indeks dengan kinerja terbaik kedua di Asia di antara pengukur ekuitas utama Asia tahun ini, dengan kenaikan sekitar 7%.
Meski demikian, investor global sebagian besar tidak ikut dalam reli sejauh ini, melepas sekitar US$20 miliar saham Korea sejak Agustus di tengah kekacauan politik negara itu yang dipicu oleh dekrit darurat militer yang berlaku singkat.
Tim Analis Citigroup menyebut, pemerintah kemungkinan akan mempercepat kembali upaya untuk ditingkatkan peringkatnya oleh MSCI dalam jangka menengah.
Citigroup juga mengatakan, lembaga penyusun indeks tersebut dapat menambahkan Korea Selatan ke daftar pantauannya pada Juni 2025 atau Juni 2026 sebelum menaikkan peringkatnya sebagai pasar maju setahun kemudian.
Satu bidang yang mungkin mengalami peningkatan aktivitas seiring dengan berakhirnya larangan tersebut adalah penerbitan obligasi konversi, yang sebagian besar telah menghilang dalam beberapa kuartal terakhir. Dimulainya kembali short selling akan memungkinkan strategi populer yang melibatkan pembelian utang sambil menjual saham yang mendasarinya.
Larangan short selling oleh berbagai negara setelah krisis keuangan 2008 merugikan likuiditas, terutama untuk saham berkapitalisasi kecil, dan gagal mendukung harga, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Finance pada 2012.
Rekomendasi Saham Short Selling
Beberapa saham yang paling dikenal dan paling banyak diperdagangkan berpotensi mengalami volatilitas dengan dimulainya short-selling. Samsung Electronics Co., perusahaan terbesar di negara itu, akan menjadi target utama mengingat kenaikan sahamnya baru-baru ini dan keraguan tentang posisi kepemimpinan globalnya dalam teknologi, kata para analis.
"Saya pikir Samsung Electronics akan menjadi yang pertama yang mendapatkan short selling. Investor saya khawatir tentang keunggulan teknologinya yang dulu dinikmatinya," kata Peter Kim, kepala grup bisnis global di KB Securities.
Selain itu, produsen baterai kendaraan listrik dan nama-nama terkait, seperti Samusng SDI Co., Ecopro Co., dan Posco Future M Co., juga disebut-sebut sebagai target short potensial mengingat valuasi mereka.
"Ada potensi short squeeze taktis di sektor tersebut setelah larangan dicabut," kata analis Goldman Sachs termasuk John Kwon dalam sebuah catatan.