Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO) bakal memegang saham mayoritas di usaha patungan (joint venture/JV) bersama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk proyek co-generation.
Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengatakan perseroannya bersama dengan anak usaha PLN itu telah sepakat pada porsi pembagian saham hingga rencana konsolidasi aset co-generation pada PGEO.
“Sekitar sebulan lalu, kita telah sampai pada kesepakatan akhirnya, tetap kita sebagai 51% sampai 70% kemungkinan dan kontrol konsolidasinya akan tetap di level PGEO,” kata Yurizki saat temu media full year result 2024 di Jakarta, Rabu (26/3/2025).
Potensi kapasitas setrum panas bumi dari proyek co-generation ini disebut sebesar 230 megawatt (MW). Adapun, pada tahap awal ini PGEO bersama dengan PLN IP bakal mengejar operasi komersial pada kapasitas 45 MW.
Kapasitas awal co-generation itu berasal dari pengembangan PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit 30 MW, dengan nilai investasi mencapai US$165 juta.
Belakangan, Yurizki menambahkan, perseroannya telah memasuki tahap negosiasi dengan PLN terkait dengan shareholder agreement dan proposal independent power producer (IPP).
Ihwal tarif dengan PLN, dia mengatakan, perseroannya bakal berpedoman pada batas tarif yang diamanatkan dalam Perpres No.112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
“Dari situ mungkin kita akan diskusinya berkembang dengan PLN,” kata dia.
Menurut dia, proyek co-generation ini bakal ikut mendongkrak kinerja pendapatan dan laba dari PGEO setelah commercial operation date (COD) pada Desember 2026.
“Kalau kita lihat average selling price kelistrikan kita itu sekitar 8 sen, mungkin kalau kita apply di 45 MW itu, kita bisa buka itu,” kata dia.
Adapun, PGEO menargetkan persetujuan final investment decision (FID) untuk proyek ini diteken pada Juli 2025. Selanjutanya pembentukan JV Co dan kontruksi proyek dikejar masing-masing pada Agustus dan Oktober tahun ini.
Dari sisi kinerja keuangan, PGEO mencatat laba bersih sebesar US$160,49 juta atau sekitar Rp2,67 triliun (asumsi kurs Rp16.666 per dolar AS).
Torehan laba bersih itu susut 1,89% dari posisi laba sepanjang 2023 sebesar US$163,59 juta atau sekitar Rp2,72 triliun.
Berdasarkan Laporan Keuangan yang berakhir Desember 2024, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$407,12 juta, naik 0,20% dibandingkan dengan posisi pendapatan periode 2023 sebesar US$406,28 juta.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan dan beban langsung PGEO sepanjang 2024 mencapai US$164,88 juta, naik 4,13% dari posisi beban pada 2023 sebesar US$158,35 juta.
Setelah dikurangi beban, PGEO membukukan laba bruto sebesar US$242,23 juta, susut dari posisi laba bruto tahun 2023 sebesar US$247,93 juta.
Sementara itu, PGEO mencatatkan total liabilitas sebesar US$988,65 juta, berasal dari liabilitas jangka pendek sebesar US$227,29 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$761,35 juta.
Adapun, total ekuitas PGEO sampai akhir Desember 2024 sebesar US$2 miliar, bergerak naik dari posisi ekuitas tahun 2023 sebesar US$1,97 miliar.
Selain itu, total aset PGEO sampai akhir 2024 mencapai US$2,99 miliar, berasal dari aset lancar mencapai US$828,55 juta dan aset tidak lancar sebesar US$2,16 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.