KINERJA EMITEN IDX SMC LIQUID
Di sisi lain, PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), salah satu emiten di IDX SMC Liquid, mencatat laba bersih Rp1,4 triliun pada 2024 atau naik 79% year on year (YoY). Perolehan ini melampaui ekspektasi karena setara 116% dari estimasi konsensus.
Capaian laba SMRA ditopang oleh kinerja solid pendapatan bersih yang meraih Rp10,62 triliun sepanjang tahun, meningkat sebesar 59,54% YoY. Raihan ini ditopang oleh penjualan kepada pihak ketiga, khususnya rumah yang menyentuh Rp6,08 triliun atau naik hampir 100% dari posisi Rp3,06 triliun pada 2023.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh dan Wilastita Muthia Sofi, dalam riset terbarunya, menyebutkan bahwa laba bersih SMRA tercatat mencapai Rp440 miliar pada kuartal IV/2024 atau melonjak 144% (quarter on quarter/QoQ).
Kenaikan laba bersih pada periode itu didorong oleh peningkatan pendapatan perumahan menjadi Rp1,78 triliun atau meningkat 125% QoQ dan 220% YoY akibat percepatan serah terima produk bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Sementara itu, manajemen SMRA mengungkapkan masih terdapat pendapatan yang akan diakui dalam satu tahun ke depan sekitar Rp4,56 triliun dan dalam 1-2 tahun mendatang sekitar Rp1,47 triliun, sehingga total mencapai Rp6,03 triliun.
Baca Juga
“Target prapenjualan atau marketing sales SMRA pada 2025 ditetapkan sebesar Rp5 triliun atau meningkat 15% secara tahunan, lebih tinggi dari estimasi kami sebesar Rp4,5 triliun,” ujar keduanya dalam riset yang dirilis Senin (17/3/2025).
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli SMRA dengan target harga Rp800. Hal ini karena strategi pemasaran perseroan dinilai selaras dengan tren preferensi pasar properti Indonesia, baik dari sisi harga maupun variasi produk.
Dalam perkembangan lain, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mencatat pertumbuhan volume penjualan semen 0,5% YoY pada Februari 2025. Adapun pangsa pasar turun ke 28,6% seiring volume penjualan industri yang naik +5% YoY.
Laporan Stockbit menyebutkan pertumbuhan tahunan cenderung datar karena hujan dan banjir di wilayah Jawa, yang menyumbang 65% dari total volume penjualan.
Secara segmentasi produk, volume penjualan semen kantong tumbuh 3,3% YoY dan semen curah melemah 5,9% secara tahunan pada Februari 2025 lantaran normalisasi permintaan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya menyatakan bahwa 2025 menjadi warsa yang menantang bagi pabrikan semen Tanah Air. Alasannya, industri semen nasional sejauh ini masih mengalami kelebihan pasokan, ditambah dengan efisiensi anggaran infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
Namun, INTP tetap optimistis karena beberapa proyek infrastruktur masih berlanjut, seperti LRT, MRT, Jalan Tol Harbour Road, serta program pembangunan tiga juta rumah, perbaikan sekolah, dan diskon PPN properti yang masih tersedia.
“Kami juga berharap adanya dampak dari penurunan suku bunga dapat menggerakkan sektor properti dan meningkatkan daya beli,” ujar Christian.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.