Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Bayangi Pasar Modal, Saham Emiten Eksportir Raup Cuan

Pelemahan rupiah yang terjadi sejak awal tahun berpotensi membebani kinerja saham di pasar modal Indonesia tahun ini. Namun, saham eksportir masih bisa cuan.
Karyawan menata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Kamis (21/11/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Kamis (21/11/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah tercatat melemah sejak awal tahun 2025 dan berpotensi membayangi kinerja emiten di pasar modal.

Meski demikian, sejumlah emiten dengan orientasi bisnis ekspor diperkirakan akan meraup untung dari pelemahan rupiah ini.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menjelaskan pelemahan rupiah sejak awal 2025 berpotensi membayangi pasar saham sepanjang tahun ini. Hal ini terutama jika volatilitasnya tinggi dan belum ada kepastian terkait langkah stabilisasi dari Bank Indonesia (BI). 

"Rupiah yang melemah dapat meningkatkan biaya impor, menekan margin perusahaan berbasis impor, dan mengurangi daya beli masyarakat," ujar Felix, Jumat (7/2/2025). 

Namun, lanjutnya, pelemahan rupiah ini juga bisa menjadi katalis bagi sektor-sektor tertentu yang memiliki pendapatan berbasis ekspor. Selain itu, kata dia, persepsi investor asing pada pelemahan rupiah juga negatif karena bisa mengurangi imbal hasil yang didapatkan dari investasi di IHSG akibat currency risk.

Felix juga memandang BI menghadapi trilema yaitu kebijakan moneter independen, kurs mata uang yang stabil, dan stabilitas harga saat ini.

Dia juga menuturkan penurunan suku bunga oleh BI dapat memberikan dampak campuran terhadap rupiah. Di satu sisi, suku bunga yang lebih rendah mendorong likuiditas dan pertumbuhan ekonomi, yang bisa mendukung pasar saham. 

Namun, di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah juga dapat memperlemah daya tarik aset rupiah bagi investor asing, yang bisa memperburuk tekanan terhadap nilai tukar. 

"Jika pelemahan rupiah tidak dikendalikan dengan kebijakan moneter dan intervensi pasar yang tepat, potensi capital outflow bisa menjadi risiko tambahan," kata dia. 

Dalam kondisi ini, lanjut Felix, sektor saham yang diuntungkan adalah sektor berbasis ekspor, karena pendapatan mereka dalam dolar AS akan meningkat ketika dikonversi ke rupiah. 

Sebaliknya, sektor yang berisiko mengalami tekanan adalah yang memiliki ketergantungan tinggi pada impor, seperti otomotif, manufaktur berbasis bahan baku impor, serta infrastruktur yang membutuhkan banyak komponen berdenominasi dolar AS. 

Namun, kata dia, investor juga jangan melupakan faktor lainnya seperti harga komoditas acuan dari masing-masing emiten seperti apa.

Felix pun menyarankan investor perlu tetap selektif dan memperhatikan kebijakan BI, serta respons pasar global terhadap pergerakan rupiah. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper