Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas telah melonjak hingga mencatatkan rekor-rekor terbaru. Harga emas masih berpeluang bullish dengan target terdekat mencapai level US$3.375 per troy ounce.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas dunia telah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high pada perdagangan Kamis (17/4/2025), mencapai level US$3.356 per troy ounce.
Emas telah melesat 26% sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran pasar akan resesi global serta ketidakpastian akibat fluktuasi kebijakan tarif dari pemerintah AS.
Terjadi pula lonjakan permintaan aset safe haven setelah Presiden AS Donald Trump membuka front baru dalam perang dagang global dengan memerintahkan penyelidikan atas mineral kritis.
Bank-bank besar seperti Goldman Sachs memproyeksikan harga emas akan terus menanjak hingga menyentuh US$4.000 pada pertengahan 2026. Citi Research juga menaikkan target harga emasnya untuk tiga bulan ke depan menjadi US$3.500, dari US$3.200.
Di dalam negeri, harga emas di Antam pun mencatatkan rekor-rekor baru pekan ini, hingga mencapai harga Rp1.975.000 per gram.
Baca Juga
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha mengatakan kinerja penguatan emas terjadi seiring dengan melemahnya dolar AS. Sementara, menurut kondisi geopolitik dan fundamental saat ini sangat mendukung tren bullish emas, terutama ditopang oleh ketegangan antara AS dan China yang semakin meningkat.
Perang dagang meningkatkan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi global, sehingga mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Andy Nugraha menegaskan bahwa sentimen negatif ini menjadi pemicu kuat penguatan harga emas dunia dalam beberapa hari terakhir.
Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan bahwa kombinasi candlestick harian dan indikator moving average menunjukkan penguatan tren naik yang semakin solid.
“Saat ini struktur pergerakan harga emas menunjukkan konsistensi pola bullish. Selama harga masih mampu bertahan di atas area support dinamis, tren naik akan terus mendominasi,” ujar Andy pada beberapa waktu lalu.
Berdasarkan analisis teknikal terkini, dia memproyeksikan harga emas dunia masih berpotensi melanjutkan kenaikan ke area US$3.375. Namun, apabila terjadi tekanan balik atau reversal, penurunan bisa menuju level US$3.294 sebagai target koreksi terdekat.
Faktor pendorongnya, selain perang dagang adalah kebijakan suku bunga The Fed. Meski Ketua The Fed, Jerome Powell, telah mengecewakan pasar dengan pernyataan yang mengindikasikan belum ada urgensi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, emas tetap melanjutkan reli.
Powell menyebutkan bahwa bank sentral harus tetap berhati-hati agar tidak mendorong inflasi yang lebih tinggi secara persisten. Namun, pelaku pasar tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 91 basis poin hingga akhir 2025, dengan proyeksi pemangkasan pertama terjadi pada Juli tahun ini.
Faktor lainnya yang menopang harga emas adalah data ekonomi AS yang menunjukkan sinyal campuran. Penjualan ritel per Maret 2025 naik 1,4% secara bulanan, melampaui ekspektasi.
Selain itu, data produksi industri AS pada Maret 2025 mencatat penurunan 0,3%, berbanding terbalik dari kenaikan 0,8% di Februari 2025, menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih dalam tekanan.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun hampir enam basis poin ke 4,28%. Adapun, imbal hasil riil AS turun menjadi 2,11%. Penurunan ini turut memberikan dorongan bagi harga emas karena menurunkan opportunity cost dalam memegang aset tanpa bunga seperti emas.
Dengan kombinasi dari faktor geopolitik, pelemahan dolar, ketidakpastian arah kebijakan The Fed, serta tren teknikal yang menguat, Andy menilai prospek harga emas jangka pendek masih berada dalam zona positif.
“Selama tidak ada pembalikan arah yang signifikan, emas berpotensi lanjut mencetak rekor baru,” ujarnya.
---------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.