Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham royal tebar dividen yakni IDX High Dividend 20 masih berkinerja jeblok sejauh ini. Namun, seiring dengan momen tebaran dividen, indeks berpeluang merangkak naik.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX High Dividend 20 memang menguat 0,09% ke level 454,24 pada perdagangan Kamis (17/4/2025). Namun, indeks melorot 11,27% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Harga saham sejumlah konstituen indeks juga mencatatkan kinerja lesu pada tahun ini. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya turun 19,3% ytd.
Lalu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya turun 10,78% ytd. Kemudian, harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 7,13% dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 12,14% ytd.
Harga saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) pun melorot 25,93% ytd. Kemudian, harga saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) melorot 29,97%.
Kinerja lesu IDX High Dividend 20 serta deretan saham konstituennya terjadi seiring dengan lesunya pasar sahamnya Indonesia. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun mencatatkan pelemahan 9,06% ytd.
Pelemahan pasar saham Indonesia sendiri didorong oleh faktor eksternal. Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat.
Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.
Trump kemudian menunda skema reciprocal tariff selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara. Trump juga terus menaikkan pungutan impor China.
Meski begitu, terdapat peluang penguatan IDX High Dividend 20 seiring dengan momentum tebaran dividen dalam waktu-waktu terdekat pada kuartal II/2025.
"Kuartal II/2025 adalah musim pembagian dividen. Yield yang besar bisa menarik investor untuk entry, terutama investor institusi yang mencari stabilitas arus kas. Rebound secara teknikal juga bisa terjadi karena harga saham sudah cukup murah pasca koreksi," ujar Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Sejumlah emiten memang telah memutuskan tebaran dividen dan menjadwalkan pembagian dividennya kepada pemegang saham. BMRI misalnya memutuskan membagikan dividen senilai Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham.
BBRI memutuskan akan membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2024 senilai Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham. Kemudian, BMRI dan BBRI sama-sama menjadwalkan distribusi dividen kepada pemegang sahamnya pada 23 April 2025.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) memutuskan menebar dividen Rp1,62 triliun atau setara Rp140 per saham untuk tahun buku 2024. Setelah menjadwalkan cum dividen pada esok hari, Senin (21/4/2025), JPFA akan mendistribusikan dividen pada pekan depannya yakni 29 April 2025.
Lalu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memutuskan menebar dividen sebesar US$153,12 juta atau Rp2.245 per lembar. ITMG menjadwalkan tebaran dividennya kepada pemegang saham pada 7 Mei 2025.
Liza juga menilai dalam kondisi ketidakpastian global, saham-saham penebar dividen cenderung menjadi tempat berlindung atau safe haven.
Saham di IDX High Dividend 20 juga umumnya berasal dari sektor defensif seperti bank, telekomunikasi, energi, dan lainnya.
Selain itu, yield dividen 4%–10% per tahun cukup menarik dibandingkan deposito. "Dalam kondisi suku bunga tinggi yang mulai menurun, investor bisa kembali masuk ke saham-saham dividen. Namun sadari resiko turunnya Ketika ex-dividend date, yang mana biasanya harga saham akan turun sebesar nilai devidennya," ujar Liza.
Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai IDX High Dividend 20 akan menguat seiring dengan momen tebaran dividen.
"Momentum pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya mencerminkan emiten menerapkan good corporate governance, sehingga mampu menjaga kepercayaan para pelaku investor pasar modal di Tanah Air, di tengah terjadinya ketidakpastian global," kata Nafan.
-------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.