Bisnis.com, JAKARTA — Aliran dana asing semakin deras keluar dari pasar saham Indonesia. Dalam sepekan perdagangan terakhir, tercatat nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp13,68 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan jelang libur panjang, yakni Kamis (17/4/2025), pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp679,86 miliar.
Alhasil, net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) di pasar saham Indonesia mencapai hampir Rp50 triliun, atau Rp49,55 triliun.
Aliran deras larinya dana asing tercatat pada perdagangan pekan ini, di mana sejak perdagangan 14 April 2025 sampai 17 April 2025, telah tercatat net sell sebesar Rp13,68 triliun.
Larinya dana asing pada pekan ini melanjutkan tren pekan lalu, di mana Rp5,93 triliun lari dari pasar saham Indonesia pada perdagangan 8 sampai 11 April 2025.
Pada pekan ini, terdapat sejumlah saham yang mencatatkan net sell asing terbesar. Saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,29 triliun. Kemudian, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp476 miliar.
Baca Juga
Selain itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia. Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing Rp356 miliar.
Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) pun mencatatkan net sell asing sebesar Rp191 miliar serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan net sell asing Rp96,2 miliar.
Meskipun dana asing lari, namun indeks harga saham gabungan (IHSG) perlahan bangkit. IHSG menguat 0,6% ke level 6.438,26 pada penutupan perdagangan Kamis (17/4/2025). Kemudian, IHSG mencatatkan penguatan 2,81% dalam sepekan perdagangan terakhir.
Aliran deras dana asing keluar dari pasar saham Indonesia terjadi seiring dengan sentimen tarik ulur kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump. Kebijakan tersebut dikhawatirkan memicu perang dagang.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan aliran dana asing masih akan keluar deras dari pasar saham Indonesia ke depan atau pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Trump.
"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita di bulan April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen dan franc swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai di tengah tekanan sentimen tarif Trump terhadap pasar saham, masih ada harapan masuknya dana asing.
"Sentimen Trump akan mereda, kalau pertumbuhan ekonomi global tercapai. Jadi tetap saja sentimennya temporer, market bereaksi positif jika sudah mendapatkan kesepakatan dalam hal tarif," ujar Nafan kepada Bisnis.
------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.