Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja indeks BUMN20 (IDX BUMN20) pada perdagangan Selasa (12/8/2025) dinilai lebih mencerminkan technical rebound ketimbang perbaikan fundamental dari emiten-emiten di dalamnya.
Pada perdagangan Selasa kemarin, IDX BUMN20 ditutup menguat 3,38%, didorong oleh saham bank pelat merah yang memiliki bobot besar terhadap indeks. Kenaikan ini juga melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat 2,44%. Alhasil, IDX BUMN20 kini terapresiasi 5,19% year to date (YtD), berbalik arah dari tren negatif sepanjang tahun lalu.
Managing Director Research Samuel Sekuritas, Harry Su, menjelaskan bahwa naiknya saham-saham perbankan lebih dipengaruhi oleh valuasi yang terdiskon.
“Lonjakan tersebut didorong oleh saham perbankan BUMN berkapitalisasi besar, seperti BBRI, BMRI, dan BBNI, yang sebelumnya mengalami tekanan. Namun, belum ada katalis fundamental besar,” katanya.
Harry menekankan, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berpotensi menjadi pendorong sentimen positif bagi emiten pelat merah, terutama jika realisasi investasi dan proyeknya jelas. Selain itu, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang kemungkinan diikuti Bank Indonesia (BI), juga dipandang sebagai faktor krusial yang dapat menular ke saham perbankan berkapitalisasi besar.
“Danantara dapat menjadi sentimen positif jika realisasi investasi dan proyeknya jelas, karena akan meningkatkan persepsi pasar terhadap prospek BUMN penerima manfaat. Arah suku bunga BI menjadi faktor krusial bagi saham perbankan,” ujar Harry.
Baca Juga
Di tengah technical rebound IDX BUMN20, Harry merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM). Kenaikan harga paket perdana dan penawaran paket yang lebih terjangkau menjadi katalis bagi TLKM, sementara tingginya harga emas dinilai akan mendukung kinerja Antam pada paruh kedua 2025.
Sementara itu, Investment Analyst Capital Asset Management, Martin Aditya, menambahkan bahwa perbaikan kinerja IDX BUMN20 dipengaruhi dua faktor. Pada saham berkapitalisasi besar, ekspektasi pemulihan kinerja fundamental dan kemungkinan pemangkasan suku bunga BI serta The Fed menjadi katalis utama.
Sebaliknya, kenaikan saham berkapitalisasi kecil lebih banyak dipicu oleh technical rebound, contohnya di industri semen dan infrastruktur yang tersentuh rencana merger BUMN konstruksi oleh Danantara.
“Saya belum lihat ada action yang signifikan terkait realisasi belanja pemerintah dan actionnya Danantara. Kalau suku bunga ya jelas ada [pengaruh], apalagi minggu depan kan ada Rapat Dewan Gubernur BI,” kata Martin.
Ia merekomendasikan saham perbankan besar seperti BMRI, BBRI, BBNI, hingga BBSI, serta saham Telkom karena sifatnya defensif. “Orang kan enggak mungkin untuk enggak beli kuota atau pulsa, atau bahkan enggak langganan wifi,” ujarnya.
Meski begitu, baik Harry maupun Martin memperingatkan potensi koreksi masih terbuka. Faktor risiko termasuk perlambatan ekonomi global, gejolak emerging market, dan hasil kuartal III/2025 yang belum pulih, yang berisiko memicu arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia.
“Dan tentunya hasil kuartal III/2025 yang belum pulih, dapat menyebabkan dana asing keluar lagi dari pasar saham Indonesia,” kata Harry.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.