Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) terdepak dari tiga indeks acuan dalam rebalancing pada akhir Januari 2025.
Bursa Efek Indonesia dan para mitranya telah melakukan evaluasi terdapat sejumlah indeks di pasar saham. Sebanyak empat indeks melakukan evaluasi mayor terhadap konstituen indeks acuannya.
Berdasarkan evaluasi pada Januari 2025 tersebut, saham Bukalapak.com tercatat keluar dari tiga indeks acuan. Tiga indeks tersebut ialah LQ45 dan IDX80 untuk periode 3 Februari 2025 hingga 30 April 2025 dan indeks Kompas100 untuk periode 3 Februari 2025 hingga 31 Juli 2025.
Sementara itu, saham BUKA memang tidak masuk ke dalam perhitungan indeks IDX30.
Di lantai bursa, saham BUKA belum beranjak dari level Rp119 pada awal perdagangan hari ini, Kamis (23/1/2025). Di level itu, BUKA terkoreksi 4,8% dari penutupan akhir 2024 di level Rp125 per saham.
Pada perkembangan lain, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) saat ini sedang menghadapi perkara hukum atas sengketa penyewaan gedung One Belpark milik PT Harmas Jalesveva (Harmas).
Sekretaris Perusahaan BUKA Cut Fika Lutfi menjelaskan operasional BUKA tidak terganggu sehubungan dengan adanya permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh Harmas ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 10 Januari 2025.
“Perusahaan beroperasi normal, dan proses hukum pun masih berjalan,” ujar Cut Fika, dalam siaran persnya, Senin (20/1/2025).
Cut Fika menjelaskan dalam permohonan tersebut, disebutkan adanya utang jatuh tempo Bukalapak senilai Rp107,42 miliar yang berasal dari kerugian materiil yang diderita oleh Harmas akibat dari batalnya penyewaan 12 lantai gedung One Belpark oleh Bukalapak.
Cut Fika menjelaskan Permohonan PKPU tersebut tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Bukalapak saat ini juga sedang mengajukan upaya Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung atas perkara ini.
Di sisi operasional, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) menyampaikan fokus strategi dibandingkan dengan kompetitor lainnya usai menutup bisnis penjualan fisik di marketplace perseroan mulai Februari 2025.
Direktur Bukalapak Victor Putra Lesmana mengatakan Indonesia memiliki konsumen yang beraneka ragam, dengan sejumlah konsumen yang telah melek teknologi digital secara penuh maupun masyarakat yang belum terangkul secara penuh dengan teknologi digital.
"Karena itu pendekatan kami adalah menggunakan platform yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasar seperti melalui aplikasi Bukalapak, dengan kami yang memberikan layanan produk virtual atau produk layanan keuangan," kata Victor dalam paparan publik, Kamis (16/1/2025).
Dengan penyesuaian produk pasar ini, Victor menjelaskan pihaknya melihat strategi ini telah berhasil dengan baik karena pertumbuhan atau kontribusi dari bisnis-bisnis tersebut terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Menurut Victor, hal tersebut menjadi suatu pembeda dari strategi yang dilakukan oleh Bukalapak dengan kompetitor lainnya.