Bisnis.com, CIKARANG — Emiten besi baja PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) mulai mengekspor baja welded beam sebanyak 1.200 metrik ton ke Selandia Baru senilai total US$1,5 juta. Nilai itu setara Rp24,45 miliar (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS).
Presiden Direktur Gunung Raja Paksi Fedaus mengatakan bahwa sebanyak 1.200 metrik ton produk bajawelded beam produksi perseroan akan diekspor secara bertahap ke Selandia Baru.
“Ekspor ini kami kirimkan secara bertahap dari Desember sampai Maret 2025, dan total mencapai US$1,5 juta,” kata Fedaus di Cikarang Barat, Jawa Barat, Rabu (15/1/2025).
Fedaus menjelaskan ekspor baja ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur vital di Selandia Baru. Produk ini, kata dia, tidak hanya mencerminkan kualitas tinggi, melainkan juga komitmen GGRP terhadap keberlanjutan dan inovasi.
Adapun di sepanjang 2024, Fedaus mengungkap bahwa GGRP berhasil membukukan nilai ekspor senilai US$20 juta. Selama tiga tahun berturut-turut, akumulasi ekspor Gunung Raja Paksi mencapai hampir US$87 juta.
“Capaian ini tentu sangat membanggakan bagi kami, tidak hanya karena produk kami diminati pasar global, tapi juga karena kami dapat memberikan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan ekspor Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini menunjukkan produk Indonesia, terutama produk baja dari GRPP dapat bersaing di pasar internasional, baik dari sisi kualitas maupun keberlanjutan. Dia mengeklaim bahwa produk ini telah mendapatkan sertifikasi Environmental Product Decoration (EPD).
“Sertifikasi ini menjadi bukti, bahwa produk dalam negeri Indonesia mampu memenuhi persyaratan nilai emisi green ke negara-negara maju, seperti Selandia Baru,” ujarnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menuturkan bahwa ekspor baja yang dilakukan GGRP diharapkan bisa memotivasi eksportir pelaku baja ke kancah luar internasional. Apalagi, kata dia, emiten produsen baja bersandi saham GGRP ini telah mengambil andil dengan mengekspor ke Selandia Baru.
“Ekspor [produk baja welded beam Gunung Raja Paksi] ke New Zealand ini US$1,5 juta. Sementara ekspor kita ke New Zealand adalah US$10,9 juta. Jadi [GGRP] sudah memberikan kontribusi US$1,5 juta,” kata Budi
Di samping itu, Budi menyebut ekspor produk baja yang dilakukan GGRP dikenakan bea masuk 0% ke Selandia Baru. Hal ini mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas Asean-Australia-Selandia Baru (AANZFTA).
Budi menuturkan bahwa Indonesia sendiri menjadi negara nomor 7 eksportir baja. Kendati demikian, dia juga tak menyangkal bahwa kebutuhan baja dalam negeri juga masih membutuhkan sekitar 4 juta ton. Alhasil, Indonesia masih mengimpor baja.
Di sisi lain, Budi menyebut permintaan dunia selama 5 tahun terakhir berada di angka 9,13% atau dengan nilai mencapai US$865 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.