Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Atraktif Pasar Saham pada 2025, Intip Saham Bluechips Unggulan

Meski dibayangi volatilitas, saham bluechips dinilai atraktif pada 2025.
Ana Noviani & Erta Darwati - Bisnis.com
Minggu, 8 Desember 2024 | 16:30
Petugas beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Petugas beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek pasar saham Indonesia pada 2025 dinilai sejumlah analis masih atraktif. Investor disarankan untuk mencermati saham bluechips di sektor finansial, energi terbarukan, hingga properti.

Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee mengatakan bahwa pasar saham akan fluktuasi cukup tinggi pada awal 2025. Meski begitu, menurutnya kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai tidak berdampak langsung terhadap ekonomi Indonesia.

"Risiko capital outflow dana asing masih cukup tinggi. Kinerja emiten mungkin tertekan sebagian oleh penurunan daya beli, bunga tinggi, dan perubahan pola konsumsi. Ini yang kita lihat," katanya dalam paparan di Market Outlook 2025 Phintraco Sekuritas, Sabtu (7/12/2024).

Dia menyarankan investor untuk memilih saham bluechips. Alasannnya, saat IHSG rebound, saham-saham berkapitalisasi pasar besar menjadi pendorong. 

"Memang pilihan kami di empat bank buku besar dan saham bluechips. Biarpun seperti BRI sedikit relatif tertekan, karena memang masalah kita ada di kelas menengah ke bawah sehingga agak menekan bagi mereka," tambahnya.

Kemudian, dia juga melihat faktor positif dari energi terbarukan sejalan dengan program prioritas pemerintah dan prospek penuruan suku bunga acuan pada 2025. Salah satu emiten energi terbarukan yang dinilai atraktif ialah emiten yang baru 'spin off'. Emiten yang dimaksud yaitu PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO). 

Lebih lanjut, Hans menjelaskan bahwa sektor properti juga akan menjadi salah satu yang menarik bagi investor, tetapi mungkin pada 2026-2027. 

Terpisah, JP Morgan memasang target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada level 7.900 untuk 2025. JP Morgan dalam risetnya meyakini 2025 akan menjadi tahun transisi bagi Indonesia karena akan memasuki rezim administrasi baru di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Sementara itu, skenario bullish untuk IHSG menurut JP Morgan ada pada level 8.400, dengan bear case pada level 6.600 untuk 2025. Bullish case dapat terjadi dengan mempertimbangkan dampak perang dagang yang terbatas ke Indonesia, dengan Indonesia yang diuntungkan lewat pengalihan produksi dari China. Pertimbangan kedua adalah pemotongan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.

Sementara itu, bear case dapat terjadi apabila rupiah terus melemah hingga lebih dari Rp16.000 dan daya beli yang lesu. Selain itu, bear case juga bisa terjadi jika peningkatan tarif dengan China yang membuang kelebihan kapasitas ke Asia Tenggara.

"Kami meyakini pemerintahan baru akan melanjutkan kebijakan tingkat tinggi dari rezim sebelumnya, khususnya untuk roadmap Indonesia Emas 2045," tulis JP Morgan dalam risetnya. 

Lebih lanjut, JP Morgan memaparkan tiga tema kunci di pasar saham Indonesia pada 2025. Pertama, stabilitas politik dan keberlanjutan fokus kebijakan seperti penghiliran dan ekosistem kendaraan listrik. 

Kedua, resiliensi ekonomi domestik untuk mendukung pertumbuhan dan menyediakan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain terkait dengan risiko perang dagang.

Ketiga, tingkat suku bunga tinggi yang lebih lama akibat tensi geopolitik dan tren penguatan dolar AS. 

“Kami menyukai bisnis dengan orientasi pasar domestik dengan prospek laba yang tangguh, memiliki pemasukan dalam dolar AS. Dengan begitu kami menyematkan overweight untuk sektor finansial, material, energi, consumer discretionary, dan properti.”

Di Indonesia, saham-saham pilihan JP Morgan alias top picks, antara lain PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Indosat Tbk. (ISAT), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dan PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).

Sementara itu, kelompok yang least preferred adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), dan PT Astra International Tbk. (ASII) masing-masing dengan rating underweight dan netral.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper