Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kesehatan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) bergeliat mengembangkan produk alat kesehatan dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi. Hal ini dilakukan seiring dengan bisnis obat-obatan yang tertekan pelemahan nilai tukar rupiah.
Direktur Kalbe Farma Kartika Setiabudy mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah memang akan memengaruhi bisnis obat-obatan. "Apalagi, volatilitas rupiah akhir-akhir ini luar biasa karena faktor eksternal," ujarnya dalam acara Media Plant Visit Kalbe Farma pada Rabu (18/12/2024).
Saat ini, rupiah dalam tren depresiasi dan menyentuh level di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Pengaruh pelemahan rupiah dirasakan bisnis obat-obatan, sebab tingkat impor bahan baku tinggi.
"Kalau dilihat dari total bahan baku kami, mungkin 90%-95% masih harus diimpor dari China, dari India, dari Eropa, dari New Zealand," tutur Kartika.
Secara jangka pendek, KLBF menjalankan ancang-ancang pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap bisnis dengan cara membuat alokasi anggaran mengacu pada kurs tertentu. KLBF pun menyiapkan cadangan dana dalam denominasi mata uang asing untuk membantu memitigasi potensi risiko fluktuasi nilai tukar.
"Margin diharapkan stabil karena harga-harga row material stabil. Global supply chain juga diharapkan lebih baik," katanya.
Baca Juga
Adapun, secara jangka panjang, Kalbe Farma mengeksplorasi lini bisnis yang memiliki TKDN tinggi, seperti alat kesehatan. Kalbe melalui PT Forsta Kalmedic Global pun mengembangkan produk dialyzer atau alat cuci darah dengan TKDN di atas 40%.
"Produksi dalam negeri, ke depan digunakan untuk mesin cuci darah. Ini area driver pertumbuhan Kalbe ke depannya untuk tidak lagi impor [alat kesehatan]," ujarnya.
Dialyzer merupakan bahan habis pakai (consumables) dalam tindakan hemodialisis atau cuci darah. Forsta juga membangun fasilitas produksi Dialyzer dengan brand dialyzer pertama yang terdaftar menggunakan nama RenaCare dan dipasarkan oleh PT Renalmed Tiara Utama.
Adapun, Kalbe masih mencatatkan kinerja keuangan yang moncer. Kalbe mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,37 triliun hingga kuartal III/2024, naik 15,2% secara tahunan (year on year/yoy) dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp2,06 triliun hingga kuartal III/2023.
Peningkatan laba KLBF terjadi seiring dengan penjualan bersih yang meningkat 7,4% yoy menjadi Rp24,23 triliun hingga kuartal III/2024, dari sebelumnya Rp22,56 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.