Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah pada perdagangan pekan depan, Senin (25/11/2024), terimbas sentimen suku bunga The Fed hingga keterpilihan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/11/2024) dengan menguat 0,35% atau 55,5 poin ke posisi Rp15.875 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau naik 0,03% ke posisi 107.
Namun, rupiah terpantau berada dalam tren bearish sejak kemenangan Trump awal bulan ini. Tercatat, nilai tukar rupiah melemah 317 poin atau 2,03% sejak 7 November 2024 saat Trump dipastikan memenangi Pilpres AS.
Dalam sebulan, rupiah sudah melemah 289 poin atau 1,85% dibandingkan posisi 22 Oktober 2024, di mana rupiah masih berada di level Rp15.586 per dolar AS.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan rupiah bisa hampir menyentuh Rp16.000 dikarenakan indeks dolar AS yang terus menguat seiring kemenangan Trump. Selain itu, pelemahan rupiah tertekan akibat outflow asing yang sangat deras keluar dari pasar Indonesia.
Dalam sebulan terakhir, asing keluar sebesar Rp16,71 triliun, dengan tingkat aksi jual bersih asing atau foreign net sell sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) di angka Rp8,51 triliun.
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah yang loyo ini juga tentunya membawa sentimen negatif buat IHSG, yang sangat membutuhkan capital inflow khususnya di sektor keuangan," ujar Liza kepada Bisnis pada Jumat (22/11/2024).
Adapun, dengan potensi pelemahan rupiah, saham di sejumlah sektor menurutnya akan terdampak negatif, seperti sektor perbankan, properti, farmasi, dan konsumer.
Sementara itu, CEO Infrastructure Capital Advisors di New York, Jay Hatfield memproyeksikan rupiah ke depan masih akan tertekan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen. Dari luar negeri misalnya, saat ini harapan untuk penurunan suku bunga acuan The Fed lebih lanjut mulai berkurang.
"Ada banyak pesimisme tentang pemangkasan suku bunga The Fed," kata Jay dilansir Reuters pada Jumat (22/11/2024).
Konsensus pasar yang memperkirakan peluang adanya penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada Desember 2024 mencapai 52% menurut FedWatch Tool milik CME. Peluang penuruanan suku bunga acuan The Fed itu terus berkurang dari pekan sebelumnya 82,5%.
Dari dalam negeri, pergerakan rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya atau alias BI Rate di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19—20 November 2024.
Sebelumnya, BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dari 6,25% ke level 6% pada September 2024 lalu.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai BI masih akan membuka ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate ke depan, meski terbatas. Penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional.