Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.862 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (14/11/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,49% atau 78 poin ke posisi Rp15.862 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,17% ke posisi 106,575.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,24%, dolar Singapura melemah sebesar 0,16%, baht Thailand melemah 0,21%, ringgit Malaysia melemah 0,84%, dolar Taiwan melemah 0,24%, rupee India melemah 0,03%, yuan China melemah 0,08%, dan peso Filipina melemah 0,09%. Mata uang yang menguat di antaranya, won Korea menguat 0,11%, dan dolar Hong Kong menguat 0,01%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (14/11) mata uang rupiah ditutup melemah 78 poin sebelumnya sempat menguat 110 poin di level Rp15.862 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.784.
Sementara itu untuk perdagangan besok (15/11) mata uang rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.850-Rp15.950.
Ibrahim mengungkap sentimen yang mempengaruhi rupiah, di antaranya terkait tanda-tanda inflasi Amerika Serikat (AS) yang kuat memicu ketidakpastian atas pemotongan suku bunga di masa mendatang, sementara itu investor menunggu lebih banyak langkah stimulus China.
Baca Juga
Menurutnya, data inflasi indeks harga konsumen AS terbaca sesuai dengan ekspektasi untuk Oktober, tetapi menunjukkan inflasi masih tetap kuat. Dia mengatakan bahwa pembacaan tersebut masih memacu taruhan pada pemotongan suku bunga Desember oleh Federal Reserve, prospek suku bunga jangka panjang menjadi lebih tidak pasti, terutama dalam menghadapi kebijakan yang berpotensi inflasi di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Dia mengatakan bahwa pasar saat ini menunggu pidato Ketua Fed Jerome Powell untuk isyarat lebih lanjut tentang kebijakan moneter. Fed telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pekan lalu, dan menegaskan kembali pendekatannya yang didorong data untuk pelonggaran di masa mendatang.
Ibrahim menjelaskan bahwa pasar lokal menanggung beberapa kerugian setelah putaran terakhir langkah-langkah fiskal Beijing sebagian besar mengecewakan, dengan investor menunggu langkah-langkah yang lebih terarah yang ditujukan untuk mendukung belanja swasta dan pasar properti.
Menurutnya, Bank Rakyat China diperkirakan akan memutuskan suku bunga acuan pinjamannya pekan depan, meskipun analis tidak yakin atas pemotongan lebih lanjut, setelah PBOC memangkas suku bunga lebih dari yang diharapkan pada Oktober. Beijing diperkirakan akan menguraikan lebih banyak langkah stimulus selama dua pertemuan politik utama pada Desember ini.