Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi, Harga Minyak Global Memanas

Usai OPEC+ menunda rencana kenaikan produksi, harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada awal perdagangan Senin (4/11/2024).
Logo Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan bendera sejumlah negara di lokasi 8th OPEC International Seminar, Wina, Austria pada Rabu (5/7/2023). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Logo Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan bendera sejumlah negara di lokasi 8th OPEC International Seminar, Wina, Austria pada Rabu (5/7/2023). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada awal perdagangan Senin (4/11/2024) setelah OPEC+ akan menunda rencana kenaikan produksi periode Desember selama satu bulan karena permintaan lesu dan meningkatnya pasokan di luar kelompok tersebut.

Mengutip Reuters, harga minyak jenis Brent terpantau naik 1,61% atau US$1,18 menjadi US$74,28 per. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,73% atau US$1,20 per barel, atau 1,73%, menjadi US$70,69 per barel.

Sebelumnya, OPEC+, yang beranggotakan negara-negara pengekspor minyak ditambah Rusia dan sekutu lainnya, akan meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bpd) mulai Desember.

Itu berarti kelompok tersebut akan memperpanjang pemangkasan 2,2 juta barel per hari untuk satu bulan berikutnya, setelah menunda kenaikan dari bulan Oktober karena penurunan harga dan lemahnya permintaan.

“Meskipun penundaan hingga Januari tidak mengubah fundamental secara signifikan, hal ini berpotensi membuat pasar harus memikirkan kembali strategi OPEC+,” kata analis ING dalam sebuah catatan. 

Adapun, penundaan ini bertentangan dengan ekspektasi sebagian pelaku pasar bahwa OPEC+ akan melanjutkan rencana peningkatan produksinya.

“Peningkatan pasokan yang tertunda ini berarti mungkin kelompok tersebut lebih bersedia mendukung harga daripada yang diyakini banyak orang,” kata para analis.

Kelompok ini akan secara bertahap mengurangi pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari dalam beberapa bulan mendatang, sementara pengurangan produksi sebesar 3,66 juta barel per hari akan tetap berlaku hingga akhir tahun 2025.

Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan masing-masing sekitar 4% dan 3%, pada pekan lalu lalu karena rekor output AS membebani harga. Namun kedua kontrak tersebut naik tipis pada Jumat (1/11/2024) di tengah laporan bahwa Iran dapat melancarkan serangan balasan terhadap Israel dalam beberapa hari.

Pada hari Kamis (31/10/2024), situs berita AS Axios melaporkan bahwa intelijen Israel menyatakan bahwa Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari Irak dalam beberapa hari, mengutip dua sumber Israel yang tidak disebutkan namanya.

Minggu ini, pasar sedang menunggu pemilihan presiden AS pada hari Selasa, dengan jajak pendapat menunjukkan Wakil Presiden Partai Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Partai Republik Donald Trump bersaing ketat.

Pada Kamis (7/11/2024), para ekonom memperkirakan Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Sementara itu, di China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional bertemu pada 4-8 November dan diperkirakan akan menyetujui stimulus tambahan untuk meningkatkan perekonomian yang melambat, meskipun para analis mengatakan sebagian besar dana tersebut mungkin digunakan untuk membantu mengurangi utang pemerintah daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper