Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hancurnya Kinerja Keuangan AirAsia Indonesia (CMPP) Akibat Pandemi

Emiten bersandi CMPP tersebut mencatatkan pendapatan usaha Rp1,61 triliun, jauh lebih rendah 75,99 persen dibandingkan dengan pendapatan 2019 yang sebesar Rp6,7 triliun.
Armada AirAsia parkir di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2) di Sepang, Malaysia, Senin (24/8/2020)./Bloomberg-Samsul Said
Armada AirAsia parkir di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2) di Sepang, Malaysia, Senin (24/8/2020)./Bloomberg-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten maskapai PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) mencatatkan pendapatan yang anjlok dan berbalik rugi bersih sepanjang 2020. Hantaman badai pandemi Covid-19 ditunjukkan dalam laporan keuangannya.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, emiten bersandi CMPP tersebut mencatatkan pendapatan usaha Rp1,61 triliun, jauh lebih rendah 75,99 persen dibandingkan dengan pendapatan 2019 yang sebesar Rp6,7 triliun.

Sayangnya, beban usaha perseroan tetap tinggi yakni sebesar Rp4,41 triliun lebih rendah dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp6,7 triliun.

Kendati demikian, perseroan akhirnya mencatatkan rugi usaha sebesar Rp2,8 triliun berbanding terbalik dari 2019 yang mencatatkan laba Rp113,94 juta.

Setelah dikurang berbagai beban dan manfaat pajak, perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang membengkak.

Pada 2020, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan tercatat Rp2,75 triliun, sementara pada 2019 hanya Rp157,47 miliar.

Sementara itu, total liabilitas juga membengkak karena penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 yang baru.

Head of Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi menerangkan terjadi kenaikan pada pos total liabilitas sebesar 273 persen karena penerapan PSAK 73 yang baru.

Sesuai Laporan Keuangan CMPP untuk periode 31 Desember 2020, tercatat kenaikan pada pos total liabilitas sebesar 273% yaitu sejumlah Rp6.579.985.070.510 atau Rp6,57 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019.

"Kenaikan ini dikontribusikan oleh penerapan PSAK 73 mengenai nilai Aset Hak Guna yang berlaku efektif 1 Januari 2020, serta peningkatan pada utang lain-lain pihak berelasi," jelasnya, dikutip Jumat (4/6/2021).

Total liabilitas perseroan tercatat Rp8,99 triliun meningkat dari posisi 2019 yang sebesar Rp2,41 triliun. Peningkatan terjadi baik pada pos liabilitas jangka panjang maupun pendek.

Total liabilitas jangka panjang menjadi Rp4,03 triliun dari posisi hanya Rp424,4 miliar pada 2019. Sementara, total liabilitas jangka pendek menjadi Rp4,95 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,98 triliun.

Kenaikan tersebut terjadi karena PSAK 73 mewajibkan aset sewa masuk pos liabilitas sehingga muncul pos baru yakni liabilitas sewa baik pada liabilitas jangka panjang maupun pendek.

Liabilitas sewa jangka pendek sebesar Rp1,38 triliun, sementara liabilitas sewa jangka panjang Rp3,8 triliun.

Adapun, total ekuitas perseroan mengalami defisit modal sebesar Rp2,91 triliun dibandingkan dengan ekuitas positif pada 2019 yang sebesar Rp202,12 miliar.

Ekuitas defisit modal terjadi karena akumulasi rugi yang mencapai Rp9,25 triliun ditambah defisiensi modal yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,91 triliun.

Di sisi lain, total aset perseroan juga meningkat tajam menjadi Rp6,08 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp2,61 triliun.

Hal ini terjadi karena kemunculan pos aset hak-guna, bersih pada aset tidak lancar sebesar Rp4,5 triliun, sehingga total aset tidak lancar perseroan menjadi Rp5,9 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya Rp1,66 triliun.

Sementara itu, aset lancar perseroan turun menjadi hanya Rp172,66 miliar dari posisi 2019 yang sebesar Rp945,9 miliar.

Adapun posisi kas dan bank perseroan tercatat hanya Rp18,72 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp311,87 miliar.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper