Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga melanjutkan penguatan ke level tertinggi dalam 7 tahun terakhir sejalan dengan keyakinan segera meluncurnya stimulus ekonomi AS dan perbaikan permintaan terhadap komoditas mineral ini tahun depan.
Bloomberg melaporkan Jumat (4/12/2020), harga tembaga menunjukkan tren penguatan paling tajam dalam 10 tahun setelah China meningkatkan permintaan dan adanya gangguan pasokan pada awal pandemi Covid-19. Harga sudah naik lebih dari 75 persen ketimbang posisi terendah, yakni pada Maret 2020.
Harga naik 1,3 persen ke level US$7.774 per metrik ton, yang tertinggi sejak Maret 2013. Sementara itu, komoditas logam lain diperdagangkan di level yang lebih tinggi, seperti aluminium dan nikel.
Kenaikan ini diperkirakan berlanjut seiring dengan melemahnya dolar AS, proyeksi naiknya inflasi, serta positifnya rencana pencairan stimulus.
Ada indikasi stimulus Covid-19 di AS bakal dikeluarkan menjelang pergantian tahun setelah ada rencana bersama hasil kompromi Partai Republik dan Partai Demokrat. Di sisi lain, negara-negara Eropa juga mulai menggenjot program vaksinasinya.
Pemulihan ekonomi yang didukung vaksinasi Covid-19 diperkirakan ikut meningkatkan permintaan ke level tinggi.
Baca Juga
"Itu adalah faktor-faktor yang sangat menguntungkan dari sisi harga. Permintaan dari China menunjukkan penguatan yang stabil," papar CEO Antofagasta Plc Ivan Arriagada kepada Bloomberg TV.
Dia menambahkan pasokan akan mengalami sedikit defisit pada tahun depan. Adapun Antofagasta adalah perusahaan pertambangan asal Chile.
Sementara itu, analis TD Securities Bart Melek menyatakan ada sinyal bahwa permintaan komoditas mengalami stagnasi menyusul pandemi. Hal ini menimbulkan keraguan mengenai berapa lama reli tembaga dapat berlangsung, dengan memudarnya pertumbuhan permintaan dan mulai berkurangnya transaksi beli spekulatif terutama dari China.