Bisnis.com, JAKARTA — Bursa AS kembali jatuh menyusul kabar buruk dari laporan ketenagakerjaan Negeri Paman Sam, Jumat (3/4/2020) waktu setempat.
Indeks S&P 500 merosot untuk ketiga kalinya dalam 4 hari, seperti dilansir Bloomberg. Sepanjang pekan ini, indeks tersebut melorot 2,1 persen.
Data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan jumlah tenaga kerja yang diupah perusahaan (payroll) anjlok hingga 701.000, dari proyeksi ekonom yang hanya turun 100.000. Data ini berasal dari periode sebelum pemerintah melakukan shutdown, yang memaksa perusahaan-perusahaan untuk melakukan lebih banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Penurunan ini juga menjadi penurunan bulanan pertama sejak 2010.
Sementara itu, angka pengangguran melonjak menjadi 4,4 persen alias yang tertinggi sejak 2017, dan diperkirakan bakal naik dalam beberapa bulan ke depan. Bloomberg Economics memproyeksi angkanya bisa meningkat menjadi 15 persen dalam waktu dekat, sedangkan Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan bahkan dapat menyentuh 30 persen pada kuartal ini.
"Tidak ada yang pernah merasakan hal seperti ini. Kita mendapat angka yang buruk dan pasar cenderung hanya mengambil berita buruk. Dengan kata lain, banyak berita buruk yang sudah terbangun di pasar," papar Chief Investment Strategist Baird Bruce Bittles.
Di sisi lain, dolar AS mengalami penguatan, ditunjukkan dengan naiknya Bloomberg Dollar Spot Index sebesar 0,6 persen. Emas juga menguat 0,6 persen ke posisi US$1.648,1 per ounce.