Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Menanti Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup Melemah

Wall Street melemah karena investor menanti data inflasi AS untuk memprediksi suku bunga, sementara ketegangan perdagangan AS-China mempengaruhi pasar.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Ringkasan Berita
  • Bursa saham AS ditutup melemah karena investor menunggu data inflasi dan perkembangan perdagangan AS-China.
  • Indeks S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones semuanya mengalami penurunan, dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan moneter Federal Reserve yang lebih longgar.
  • Kebijakan baru terkait penjualan chip ke China dan perpanjangan jeda tarif impor China oleh Presiden Trump menjadi fokus utama dalam hubungan dagang AS-China.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Senin (11/8/2025) waktu setempat seiring dengan sikap investor yang menunggu rilis data inflasi pekan ini untuk menilai prospek suku bunga, serta memantau perkembangan perdagangan AS–China.

Berdasarkan data Reuters pada Selasa (12/8/2025),, indeks S&P 500 turun 15,13 poin atau 0,24% menjadi 6.374,32. Indeks Nasdaq Composite melemah 62,99 poin atau 0,29% menjadi 21.388,60, sedangkan Dow Jones Industrial Average merosot 193,29 poin atau 0,44% ke level 43.982,32.

Sentimen pasar dipengaruhi ekspektasi bahwa perubahan susunan pimpinan Federal Reserve dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dapat mendorong bank sentral AS mengambil sikap moneter lebih longgar pada akhir tahun ini.

Data inflasi konsumen AS untuk Juli akan dirilis pada Selasa (12/8/2025). Berdasarkan data LSEG, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sekitar 60 basis poin hingga akhir Desember 2025.

Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group menuturkan, pasar sedang mengawasi kebijakan suku bunga, sehingga apa pun yang terkait inflasi akan menggerakkan pasar pekan ini. 

“Saat ini fokusnya pada proyeksi tiga kali pemangkasan versus dua kali," jelasnya.

Saham produsen chip Nvidia Corp. dan Advanced Micro Devices Inc. bergerak volatil sepanjang sesi perdagangan. Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa kedua perusahaan telah sepakat untuk menyerahkan 15% pendapatan dari penjualan chip canggih mereka ke China kepada pemerintah AS.

Analis menilai kebijakan tersebut berpotensi menekan margin keuntungan produsen chip sekaligus menjadi preseden bagi Washington untuk mengenakan pungutan atas ekspor strategis AS, yang bisa meluas ke sektor lain di luar semikonduktor.

Secara terpisah, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang jeda kenaikan tajam tarif impor China selama 90 hari, menurut pejabat Gedung Putih.

Pelonggaran penjualan semikonduktor ke China menjadi salah satu isu utama dalam perjanjian dagang AS–China yang disepakati tahun ini, yang akan berakhir pada Selasa. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump memuji kerja sama Beijing dalam negosiasi tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro