Bisnis.com, JAKARTA—Transaksi broker sepanjang Februari 2019 terpantau mengalami penyusutan. Adapun, aksi ambil untung (profit taking) dari investor dinilai menjadi penekan utama.
Berdasarkan data Bloomberg, total gross value seluruh perusahaan sekuritas di Tanah Air selama periode 31 Januari hingga 28 Februari 2019 tercatat Rp390,25 triliun, atau turun 13% dari bulan sebelumnya senilai Rp448,09 triliun.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai transaksi broker masih tumbuh 6,90%.
Janson Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas menjelaskan, berkurangnya volume transaksi broker pada bulan kedua tahun ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking).
“Karena Januari juga [IHSG] naiknya terlalu kencang dan itu juga bersamaan dengan penguatan rupiah juga yang paling menguat di Asia Pasifik,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com, Senin (11/3/2019).
Janson memaparkan, pada Januari juga biasanya terjadi January Effect yang menyebabkan saham melaju kencang. Alhasil, penguatan pada Januari pun memicu profit taking yang dilakukan investor pada akhir Februari atau awal Maret.
Dirinya menilai, penurunan volume transaksi broker pada Februari merupakan penurunan yang wajar karena perolehan modal (capital gain) dari Desember hingga Januari juga cukup signifikan.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai transaksi broker pada Januari tumbuh 24,13% ke level Rp448,09 triliun dari Rp360,96 triliun pada Desember 2018.
Senada, Head of Research Institusi MNC Sekuritas, Thendra Crisnanda menyampaikan bahwa nilai transaksi broker tercermin oleh pergerakan IHSG.
Adapun, pasar cenderung mengalami peningkatan baik dari sisi value dan volume transaksi broker ketika IHSG naik, kontras ketika indeks turun maka kecenderungan nilai dan volume transaksi broker juga ikut menurun.
IHSG terpantau melemah 1,46% pada Februari, dibandingkan dengan posisi Januari yang tumbuh 5,45%. Sementara di sepanjang Januari—Februari (ytd), indeks tetap naik 4,02%.
“Itu telah menjadi tipikal dari pola pasar di Indonesia. Karena ketika pasar turun, cenderung yang beli itu tidak banyak,” imbuhnya.
Mengacu kepada yang terjadi pada periode yang sama di tahun lalu, Thendra menilai ada pola yang sama.
Di mana pada Januari terjadi kecenderungan nilai transaksi broker naik signifikan secara bulanan (MoM) dibandingkan dengan Desember tahun sebelumnya. Selanjutnya, pada Februari cenderung lebih volatil dan melemah.
“Jadi seharusnya tidak ada alasan spesifik atas penurunan dan kenaikan volume transaksi,” katanya.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan secara historis memang terjadi kecenderungan penurunan nilai transaksi broker pada Februari.
Namun, penyebab terjadinya penurunan pada Februari kali ini lebih kepada profit taking pelaku pasar.
“Biasanya di awal dan di akhir tahun pelaku pasar cenderung melakukan pembelian, jadi [nilai transaksi broker] meningkat. Bisa dilihat harga saham dan indeks itu cenderung menguat di akhir dan awal tahun,” ujarnya.
Selanjutnya, Reza menambahkan, kondisi pasar cenderung konsolidasi setelah setelah Januari.