Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) menargetkan rasio total liabilitas terhadap aset sebesar 50% pada akhir 2018, dari posisi 96,5% per September 2017. Oleh karena itu, perseroan merencanakan kembali mengonversi utang menjadi saham (debt to swap).
Direktur & Investor Relations Bakrie Sumatera Plantations Andi W. Setianto mengatakan, dalam Rapat Umum Pemegaang Saham Luar Biasa (RUPSLB) III yang diselengarakan perseroan, 92,04% pemegang saham menyetujui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
"Setelah penyelenggaraan [RUPLB] ketiga, kami mendapat persetujuan melakukan PMTHMETD. Kemungkinan [PMTHMETD] akan dilaksanakan setelah Lebaran," tuturnya, Rabu (6/6/2018).
Dalam aksi private placement ini, pembeli siaga ialah 5 kreditur perseroan dengan jumlah total pinjaman yang akan dikonversi menjadi saham sebesar Rp338,43 miliar.
Kelima kreditur tersebut ialah Indo Alam Resources Pte. Ltd. (IAR) dengan utang yang akan dikonversi menjadi saham senilai Rp130,95 miliar, PT Mateo Sagraha Atlantis (MSA) Rp67,08 miliar, PT Lingga Manik (LM) Rp12,07 miliar, Leonard Djalali (LD) Rp58,33 miliar, dan Loh Thim Fatt (LTF) Rp69,99 miliar.
Aksi korporasi ini menggunakan pembukuan laporan keuangan per September 2017. Setelah private placement, liabilitas UNSP akan berkurang Rp338,43 miliar menjadi Rp13,62 triliun dari sebelumnya Rp13,96 triliun. Adapun, ekuitas naik Rp338,43 miliar menjadi Rp846,21 miliar dari sebelumnya Rp507,78 miliar.
Menurut Andy, rasio total liabilitas terhadap total aset perusahaan setelah private placement menjadi 94,2% dari sebelumnya 96,5%. Ke depannya, UNSP akan menawarkan kembali kepada kreditur untuk mengonversi utang menjadi saham.
Dia berpendapat, kondisi keuangan yang cukup sehat bila rasio total liabilitas terhadap aset perusahaan mencapai 50%. Rasio 50% ditargetkan bisa dicapai pada akhir 2018.
"Kami mengharapkan rasio [total liabilitas terhadap aset] turun ke 50%, makanya kami menawarkan konversi utang jadi saham. Kami juga tidak mungkin menjual aset untuk membayar utang sehingga konversi merupakan jalan terbaik," paparnya.
Andy menegaskan, perusahaan tidak akan menjual aset lagi untuk membayar utang karena dananya tidak seberapa sehingga opsi debt to swap merupakan pilihan terbaik.
Sebelumnya, pada Oktober 2017, UNSP melepas cucu usahanya, yakni PT Julang Oca Permana (JOP) dengan nilai transaksi Rp193 miliar kepada PT Sukses Generasi Abadi. Perusahaan melepaskan penyertaan saham tidak langsung dalam JOP melalui PT Grahadura Leidong Prima (GLP) dan PT Sumbertama Nusapertiwi (SNP).
Menurut Andi, agar kreditur mendapat jaminan harga saham perseroan bakal naik, UNSP akan membenahi kinerja finansial dan operasional. Salah satu pembenahan finansial ialah dengan meningkatkan modal dasar menjadi Rp5,49 triliun dari sebelumnya Rp1,5 triliun, yang sudah disetujui RUPSLB.
Dari sisi operasional, perusahaan memacu produktivitas minyak sawit dengan menyeleksi Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari pihak eksternal. Dengan cara tersebut, ekstraksi minyak atau Oil Extraction Rate (OER) bisa lebih tinggi sehingga menguntungkan perseroan.
"Tingkat ekstraksi diperkirakan berkisar 21% pada 2018," ujarnya.
Pada 2018, volume produksi tandan buah segar atau TBS diperkirakan tumbuh 5%--10% menjadi 500.000 ton. Dengan tingkat OER sekitar 21%, maka produksi CPO diperkirakan sebesar 105.000 ton.
Dalam hilir industri sawit, perusahaan telah mengoperasikan pabrik oleokimia Unit I sejak awal 2018. Tingkat utilitasnya masih di bawah 50%. Dalam kapasitas penuh, fasilitas oleochemical Unit I akan memproduksi fatty acid sebanyak 99.000 ton per tahun dan fatty alcohol sebanyak 33.000 ton per tahun.