Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perjanjian dagang yang diteken Indonesia dengan berbagai negara mitra berpotensi membawa sentimen positif bagi kinerja IDXConsumer Cyclical. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) hingga kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat baru-baru ini dinilai bakal mendorong kinerja penjualan emiten-emiten konstituen indeks tersebut.
Sektor consumer cyclical tercatat masih mengalami pelemahan sejak tertekan pada Maret 2025, tepatnya setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tambahan untuk hampir seluruh negara. Kini, sektor ini masih terkoreksi 15,24% sepanjang tahun berjalan 2025 (year to date/YtD).
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menerangkan, perjanjian dagang IEU-CEPA dan tarif impor baru sebesar 19% yang diterapkan AS mampu memberikan sentimen positif terhadap kinerja sektor consumer cyclical.
Menurut Nafan, Indonesia memiliki potensi besar untuk memperbesar ekspor terhadap tekstil, alat kelistrikan, perkakas, hingga perlengkapan listrik melalui perjanjian dagang tersebut.
“Kita juga meningkatkan akses pasar dengan BRICS. Jadi ini tentunya diharapkan membuat akses pasar terhadap produk-produk IDXConsumer Cyclical, terbuka lebar,” katanya saat dihubungi, Senin (21/7/2025).
Senada, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menilai tarif impor AS sebesar 19% bakal membuat produk Indonesia lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain yang diganjar tarif lebih tinggi.
Baca Juga
Sebagai contoh, Indonesia berpeluang menjadi pesaing ketat Vietnam untuk ekspor tekstil, mengingat negara tersebut diganjar tarif sebesar 20% oleh AS.
Selain itu, Liza menilai terdapat sejumlah produk dalam negeri yang kini memiliki posisi yang kompetitif di pasar AS, seperti alas kaki, hingga furnitur kayu.
“Dengan tarif Indonesia kini lebih rendah dari Vietnam dan India, maka produk-produk RI memiliki peluang untuk merebut kembali sebagian pangsa pasar ekspor yang sebelumnya tergerus akibat tarif tinggi,” kata Liza beberapa waktu lalu.
Terlepas dari prospek positif ini, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan berpandangan penguatan sektor ini belum akan terasa di sisa 2025.
“Alasannya, penetrasi pasar ekspor membutuhkan waktu, biaya, dan kesiapan distribusi yang tidak kecil. Banyak pelaku industri perlu melakukan penyesuaian kapasitas produksi, sertifikasi ekspor, hingga pembangunan jaringan distribusi baru di negara tujuan,” kata Ekky saat dihubungi, Senin (21/7/2025).
Di sisi lain, sektor ini masih dibayangi oleh lemahnya daya beli masyarakat dalam negeri. Hal ini memberi sinyal bahwa kinerja jangka pendek sektor ini masih terbatas, meski outlook jangka menengah positif.
Ekky menilai proses perbaikan sektor consumer cyclical akan berlangsung bertahap walaupun beragam perjanjian mampu mendongkrak kinerja sektoral. Selain itu, peluang ini akan sangat bergantung pada konsumsi domestik dan pemanfaatan perjanjian dagang tersebut.
“Meskipun perjanjian dagang seperti IEU-CEPA dan penurunan tarif AS membuka peluang ekspor ke pasar Eropa dan Amerika, dampaknya terhadap kinerja sektoral khususnya consumer cyclical kemungkinan belum akan terasa signifikan hingga akhir 2025,” tambahnya.
Ekky merekomendasikan saham PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) di sektor ini. Target harga terdekat saham MYOR berada pada level Rp2.200, dengan target swing di Rp2.500
Sementara itu, Nafan Aji merekomendasikan saham PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI). Target harga GJTL berada di level Rp1.115, dengan buy di level Rp1.080–Rp1.100. Sementara itu, saham MAPI direkomendasikan buy pada area Rp1.165–Rp1.195, dengan target harga di Rp1.220.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.