Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Realisasi Proyek MIND ID di Balik Capex Jumbo PTBA-INCO Cs

MIND ID alokasikan capex Rp23,47 triliun untuk proyek strategis, tetapi pasar memilih untuk menunggu realisasi.
Dionisio Damara Tonce,Afiffah Rahmah Nurdifa
Selasa, 22 Juli 2025 | 06:00
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ringkasan Berita
  • Emiten anggota MIND ID mengalokasikan belanja modal sebesar Rp23,47 triliun pada 2025 untuk mendukung proyek strategis dan ekspansi, termasuk dalam ekosistem kendaraan listrik.
  • Proyek-proyek utama yang dijalankan meliputi Smelter Grade Alumina Refinery, Smelter Pemurnian Nikel, Smelter Tembaga, dan pilot proyek Coal-to-Graphite yang bertujuan mendukung industri EV.
  • Pasar masih menunggu realisasi proyek MIND ID dan dampaknya terhadap kinerja keuangan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Langkah emiten tambang yang tergabung dalam MIND ID menyiapkan belanja modal jumbo justru dinilai menjadi sentimen negatif buat pasar apabila tidak diimbangi dengan progres realisasinya.

Total capital expenditure (capex) yang dialokasikan oleh PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan PT Timah Tbk. (TINS) pada 2025 adalah sebanyak Rp23,47 triliun.

INCO menjadi emiten anggota MIND ID dengan nilai belanja modal terbesar dengan nilai mencapai US$540 juta atau setara Rp8,8 triliun berdasarkan kurs Jisdor Rp16.301 per dolar AS. Sementara itu, PTBA menargetkan belanja modal Rp7,2 triliun, ANTM senilai Rp7 triliun, dan TINS mencapai Rp469 miliar.

Besarnya dana belanja menggambarkan upaya agresif emiten pelat merah tersebut dalam menjalankan strategi ekspansinya. Bahkan, nominal tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari estimasi capex pada tahun lalu yang hanya Rp13 triliun.

MIND ID diketahui juga telah menyiapkan sejumlah proyek-proyek strategis untuk menjadikan Indonesia hub ekosistem industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global. 

Wakil Direktur Utama MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memasok kebutuhan industri ekosistem EV guna menjawab permintaan pasar yang terus meningkat.

"MIND ID bersama seluruh perusahaan anggotanya akan memaksimalkan kapasitas dan membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak agar potensi pasar ini dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri," kata Dany dalam keterangan resmi, Sabtu (21/6/2025). 

Proyek pertama, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), Mempawah, Kalimantan Barat telah beroperasi dan mampu memproduksi 1 juta ton alumina per tahun sebagai baku utama untuk produksi aluminium, yang menjadi material dasar rangka dan bodi kendaraan listrik.

Kedua yaitu Smelter Pemurnian Nikel yang sedang dikembangkan di Pomalaa, Morowali, Sorowako, dan Halmahera Timur untuk memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yakni bahan baku utama baterai EV.

Ketiga, proyek smelter Tembaga di Gresik yang memiliki kapasitas produksi 600.000 ton katoda tembaga per tahun, yang menjadi komponen penting dalam sistem kelistrikan di dalam EV.

Keempat yakni pilot proyek Coal-to-Graphite di Sumatra Selatan yang mampu mengonversi batu bara menjadi grafit sintetis dan anode sheet yang merupakan komponen utama baterai EV. 

“Proyek ini merupakan solusi inovatif bagi Indonesia yang belum memiliki tambang grafit alam yang ekonomis,” tuturnya. 

Secara terpisah, Market Analyst BRI Danareksa Sekuritas Chory Ramdhani mengatakan bahwa agresivitas alokasi belanja modal ini mencerminkan tekad MIND ID untuk mengakselerasi hilirisasi dan mendukung agenda transisi energi nasional.

“Namun, dari sisi pasar, ekspansi ini masih underappreciated karena pelaku pasar masih menunggu realisasi proyek dan kejelasan monetisasi hilirisasi terhadap kinerja bottom line,” ujarnya, Senin (21/7/2025).

Di lantai Bursa, hanya saham ANTM yang membukukan performa positif sejak awal tahun (year to date/YtD) dengan kenaikan 109,18%. Adapun, tiga saham lainnya masih bertahan di zona merah.

Menurut Chory, lonjakan capex tersebut bisa menjadi katalis positif bagi saham-saham tambang BUMN. Namun demikian, dampak dari langkah ini diperkirakan baru terasa dalam jangka menengah hingga panjang.

Masalahnya, dalam jangka pendek pasar cenderung berhati-hati karena belanja modal yang besar seringkali berdampak pada arus kas dan margin. Untuk itu, sentimen akan lebih terjaga bila diikuti dengan kemajuan proyek.

“Sentimen akan lebih kuat jika dibarengi dengan kemajuan proyek strategis, seperti ekosistem EV battery atau gasifikasi batubara yang terukur dan terkomunikasikan dengan baik ke publik,” pungkas Chory.

Dari sisi prospek investasi, saham ANTM dinilai masih menjadi pilihan utama karena mendapat dukungan dari eksposur langsung terhadap nikel dan proyek hilirisasi. Hal ini juga diikuti dengan kondisi neraca keuangan yang relatif kuat.

Sementara itu, PTBA menarik secara valuasi karena dividen tinggi dan price-to-earnings ratio (PER) rendah. Namun, tekanan dari sentimen ESG (Environmental, Social, Governance) dan tren dekarbonisasi global menjadi tantangan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro