BISNIS.COM, JAKARTA--Persaingan harga tinplate atau pelat timah yang semakin kompetitif menyebabkan kinerja PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau yang biasa disebut PT Latinusa Tbk, mengalami rugi bersih sepanjang tahun lalu sebesar US$6,47 juta.
Rugi bersih itu meningkat hampir 300%. Pada 2011, rugi bersih perseroan hanya US$1,62 juta. Penjelasan itu terungkap dalam keterangan resmi perseroan yang dirilis, Rabu (27/3).
Emiten produsen bahan kemasan kaleng ini menyatakan kebutuhan tinplate nasional yang cukup besar telah menarik banyak produsen tinplate asal China, Korsel, Taiwan, dan Malaysia mengekspor produknya ke Indonesia.
Ditambah lagi dengan berkurangnya permintaan dari Eropa dan Amerika, para produsen tersebut jadi mengalihkan ekspornya ke pasar Asia, termasuk Indonesia.
Selain itu, beberapa kebijakan pemerintah seperti pemberian fasilitas bea masuk, adanya perjanjian perdagangan bebas dalam rangka ASEAN-Korea Free Trade Agreement dan ASEAN-China Free Trade Agreement, membuat Indonesia dibanjiri produk tinplate impor.
Akibatnya, persaingan harga menjadi semakin kompetitif dan berdampak pada pendapatan penjualan bersih perseroan yang turun 10% dari US$144,57 juta menjadi US$141,55 juta.
Meski demikian, sepanjang tahun lalu perseroan berhasil meningkatkan volume penjualan tinplate sebesar 10,07% dari 100.168 ton menjadi 110.258 ton. Selain itu, perseroan juga berhasil meningkatkan pangsa pasar dari 47% menjadi 53%.
Kalah Saing Harga, LATINUSA Rugi US$6,47 Juta
BISNIS.COM, JAKARTA--Persaingan harga tinplate atau pelat timah yang semakin kompetitif menyebabkan kinerja PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau yang biasa disebut PT Latinusa Tbk, mengalami rugi bersih sepanjang tahun lalu sebesar US$6,47 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Vega Aulia Pradipta
Editor : Others
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 menit yang lalu
BEI Delisting 8 Emiten di 2025, Ada 68 Miliar Saham Mengendap
30 menit yang lalu