Bisnis.com, JAKARTA — Danantara Indonesia berencana menyiapkan langkah strategis untuk menyelamatkan fundamental keuangan perusahaan pelat merah, yang terlibat dalam proyek kereta cepat Whoosh.
Diketahui ada empat perusahaan negara yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium dengan kepemilikan 60% saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Whoosh.
Keempat BUMN tersebut adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN).
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, mengatakan bahwa PT Danantara Asset Management (Persero) kini sedang mengevaluasi sejumlah opsi penyelesaian atas kewajiban finansial konsorsium KCIC.
“Solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kami sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini,” ujar Dony saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pekan lalu.
Dia mengakui bahwa beban utang PSBI selaku konsorsium cukup besar. Untuk itu, Danantara akan mengevaluasi operasional dari tiap entitas, serta menyiapkan rencana jangka panjang atas penyelesaian beban tersebut.
Baca Juga
Salah satu opsi yang mengemuka adalah upaya restrukturisasi. Pasalnya, berdasarkan rencana kerja Danantara Asset Management, proyek kereta cepat masuk dalam klaster restrukturisasi yang dijalankan pada semester II/2025.
“Kereta cepat ini kan hasil konsorsium yang di dalamnya ada KAI, WIKA, kemudian Jasa Marga. Nah, ini operasionalnya sedang kami lihat, bagaimana nanti solusi jangka panjang mengenai utang-utang konsorsium ini yang cukup besar dan kami ingin penyelesaian ini berjalan komprehensif,” kata Dony.
Berdasarkan catatan Bisnis, Whoosh telah menelan biaya investasi hingga US$7,2 miliar. Nilai investasi tersebut mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar dari target awal proyek sebesar US$6 miliar.
Sebanyak 60% dari pembengkakan biaya atau sekitar US$720 juta akan dibayarkan oleh konsorsium dari Indonesia, sedangkan 40% sisanya atau sekitar US$480 juta ditanggung oleh konsorsium China.
KINERJA KONSORSIUM BUMN
Beban proyek Kereta Cepat Whoosh juga tecermin dari laporan keuangan PT KAI, selaku pemegang 58,53% saham konsorsium PSBI hingga akhir 2024.
Berdasarkan laporan keuangan tahun lalu, PT KAI mencatat beban keuangan Rp2,56 triliun atau meningkat 70,30% year-on-year (YoY) dari posisi Rp1,5 triliun.
Mayoritas beban keuangan berasal dari kredit investasi senilai Rp1,53 triliun pada 2024 atau meningkat dari posisi Rp755,16 miliar tahun sebelumnya.
Kendati mengalami kenaikan beban keuangan, PT KAI masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,21 triliun sepanjang 2024. Jumlah ini meningkat 18,04% YoY dibandingkan realisasi laba 2023 yang mencapai Rp1,87 triliun.
Di sisi lain, WIKA melaporkan investasi di PSBI mengalami penurunan nilai signifikan. Mengacu laporan keuangan sepanjang tahun lalu, perseroan mencatat penyertaan modal sebesar Rp6,11 triliun ke PSBI sejak 2022.
Namun, hingga akhir 2024, nilai investasi tersebut hanya tersisa Rp2,93 triliun. Artinya, dalam kurun dua tahun, nilai investasi WIKA di PSBI tergerus sebesar Rp3,18 triliun atau setara 52% dari total setoran awal.
WIKA juga mencatatkan kenaikan beban keuangan dari Rp3,2 triliun pada 2023 menjadi Rp3,28 triliun hingga akhir tahun lalu. Berbeda dengan PT KAI, emiten BUMN Karya ini mencatat rugi bersih senilai Rp2,26 triliun pada 2024.
Sementara itu, pada akhir Juni 2025, emiten jalan tol BUMN Jasa Marga mengucurkan pinjaman pemegang saham senilai Rp116,49 miliar kepada PSBI.
“Transaksi tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan cash deficiency support PT Kereta Cepat Indonesia China tahun 2023-2024 yang dilakukan melalui PSBI,” tulis keterbukaan informasi Jasa Marga.
Nilai pinjaman sebesar Rp116,49 miliar dicatatkan sebagai pengalihan kas menjadi piutang lain-lain dalam laporan keuangan konsolidasi Jasa Marga.
--------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.