Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-pilih Saham Kesehatan HEAL SILO Cs saat RAPBN Kemenkes Tembus Rp114 Triliun

Emiten kesehatan seperti HEAL dan SILO diprediksi untung dari RAPBN Kemenkes 2026 sebesar Rp114 triliun, terutama dari alokasi BPJS Rp59 triliun.
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Rencana alokasi belanja Kementerian Kesehatan sebesar Rp114 triliun pada 2026 diprediksi menguntungkan emiten rumah sakit dan farmasi yang memiliki eksposur tinggi terhadap BPJS Kesehatan.
  • Emiten seperti PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) diuntungkan dari alokasi dana BPJS sebesar Rp59 triliun, meskipun piutang usaha dari BPJS mengalami penurunan.
  • Selain alokasi anggaran, regulasi baru seperti Coordination of Benefit (COB) dan skema KRIS juga diharapkan mendorong kinerja emiten farmasi dan rumah sakit, meskipun tantangan seperti ketergantungan impor tetap ada.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kesehatan dinilai bakal mampu mendulang berkah dari rencana alokasi belanja Kementerian Kesehatan pada 2026 sebesar Rp114 triliun. Dua industri yang diproyeksi akan menadah berkah dari rencana ini berasal dari industri rumah sakit dan farmasi.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menerangkan kedua emiten ini berpotensi diuntungkan lantaran memiliki eksposur yang tinggi dengan BPJS Kesehatan.

“Salah satu alokasi dana terbesar juga akan ke BPJS sebesar Rp59 triliun. Hal tersebut tentunya menguntungkan terutama bagi emiten-emiten RS yang punya eksposur tinggi terhadap pasien BPJS,” katanya saat dihubungi, Selasa (19/8/2025).

Melansir laporan keuangan perseroan pada paruh pertama 2025, sejumlah emiten rumah sakit mencatatkan eksposur yang beragam terhadap BPJS. PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), misalnya, membukukan piutang usaha dari BPJS sebesar Rp665,73 miliar. Angka itu susut dari piutang usaha HEAL dari BPJS pada Desember 2024 sebesar Rp726,82 miliar.

Selain itu, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) membukukan piutang usaha yang lebih tinggi dibandingkan HEAL. MIKA mencatatkan piutang usaha dari BPJS sebesar Rp136,88 miliar pada Juni 2025, turun dari Rp151,19 miliar pada Desember 2024.

Akan tetapi, potensi penguatan dari rancangan anggaran ini, dinilai tidak hanya akan mempengaruhi emiten rumah sakit. Menurut Nafan, emiten farmasi mampu menadah berkah dari rancangan ini.

Pasalnya, selain memberikan rancangan terhadap anggaran Kementerian Kesehatan, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2026 hingga 5,6%. Hal itu mengindikasikan kepercayaan pemerintah terhadap menguatnya daya beli masyarakat.

Menurut Nafan, dengan menguatnya daya beli masyarakat, konsumen akan melakukan sikap kuratif terhadap kesehatannya. Dengan begitu, industri farmasi akan diuntungkan.

“Jadi nanti juga distribusi obat pun juga semakin meluas, sehingga tentunya bisa meningkatkan penetrasi pasar, dalam hal ini obat-obatan,” katanya.

Untuk saat ini, Nafan merekomendasikan saham HEAL dengan target harga Rp1.775 per lembar. Angka itu mencerminkan potensi kenaikan saham HEAL sebesar 0,85% dari harga saat ini Rp1.760 per lembar.

Senada, Pengamat Pasar Modal Reydi Octa juga menilai emiten-emiten rumah sakit yang memiliki eksposur besar terhadap BPJS akan terkerek dari rencana ini. Namun, emiten-emiten farmasi pelat merah juga diprediksi akan terbantu dari rancangan anggaran ini.

Namun, Reydi menilai, angin segar terhadap emiten-emiten kesehatan tidak hanya datang dari alokasi anggaran belanja negara pada 2026, tetapi juga berkaitan dengan regulasi baru Coordination of Benefit (COB), skema KRIS, serta kenaikan tarif BPJS.

“Menurut saya bisa mendorong kinerja emiten farmasi BUMN, akan tetapi selama farmasi BUMN masih ketergantungan impor dan sensitif terhadap kurs, di tengah bebasnya impor alkes dari AS, maka pemulihan tetap menjadi tantangan dan tergantung pada efisiensi, operasional dan ketepatan eksekusi,” katanya, Selasa (19/8/2025).

Reydi merekomendasikan saham HEAL karena memiliki eksposur yang cukup besar terhadap BPJS, CoB, dan skema KRIS. Selain itu, emiten-emiten yang dapat dipertimbangkan antara lain KLBF, MIKA, hingga SILO.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan mendapatkan alokasi dana sebesar Rp114 triliun dalam RAPBN 2026. Angka itu naik 8% dari APBN 2025 sebesar Rp105,6 triliun.

Nantinya, anggaran terbesar akan disalurkan untuk pembiayaan BPJS yang masuk dalam dana pembiayaan dan tata kelola kesehatan senilai Rp59 triliun. Alokasi anggaran lainnya dialokasikan kepada pelayanan kesehatan RS senilai Rp31 triliun, layanan Posyandu senilai Rp24 triliun, dan belanja operasional senilai Rp9,2 triliun. Namun, secara total, anggaran kesehatan yang dialokasikan pemerintah senilai Rp244 triliun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro