Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HUT Ke-48 Reaktivasi Pasar Modal Indonesia, Jumlah Emiten Sentuh 954 Perusahaan

Pasar modal Indonesia merayakan 48 tahun reaktivasi dengan 954 emiten terdaftar di BEI. Sejak 1977, IPO terus meningkat, mengumpulkan triliunan rupiah.
Fahmi Ahmad Burhan, Ana Noviani
Senin, 11 Agustus 2025 | 09:36
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Bertepatan dengan 48 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia, sebanyak 954 korporasi di Tanah Air sudah menyandang status sebagai Perusahaan Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Sejak 1977, tanggal 10 Agustus diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia. Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal tersebut.

Saat itu, Bursa Efek Jakarta dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong Tbk. (SMCB) sebagai emiten pertama.

Perjalanan panjang pasar modal Indonesia diwarnai oleh aksi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham sederet perusahaan Tanah Air, baik perusahaan swasta, badan usaha milik negara (BUMN), anak BUMN, hingga entitas usaha milik konglomerat, perusahaan startup, dan UMKM. 

Jumlah emiten di BEI sebanyak 954 perusahaan itu bertambah 19 emiten dari posisi hari ulang tahun ke-47 sebanyak 935 emiten. 

Secara historis, listing emiten baru paling banyak terjadi pada 2023. Sebanyak 79 perusahaan merampungkan aksi go public dan listing di BEI pada 2023. Rekor baru itu melampaui catatan terbanyak sebelumnya, yakni 57 emiten baru pada 2018 dan 59 perusahaan tercatat baru pada 2022.

Jumlah dana yang dihimpun oleh ratusan emiten baru dari pasar perdana saham juga terbilang fantastis. Apabila diakumulasi, 484 aksi IPO itu menggalang dana segar sebesar Rp233,54 triliun. 

Menariknya, nilai tertinggi dana IPO dicatat pada 2021 atau tahun kedua pandemi Covid-19. Akumulasi nilai IPO pada tahun tersebut mencapai Rp62,61 triliun.

Capaian itu tak terlepas dari aksi IPO super jumbo PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) senilai Rp21,9 triliun.Nilai triliunan rupiah tersebut sekaligus menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah BEI.

Sepanjang tahun berjalan 2025 hingga 11 Agustus 2025, Bursa Efek Indonesia mencatat ada 22 perusahaan yang melantai di bursa. Emiten baru itu menghimpun total dana publik sebesar Rp10,39 triliun.

Teranyar, PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI), PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), dan PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK) kompak listing di BEI pada 10 Juli 2025. 

Pada tahun ini, perusahaan yang menghimpun dana initial public offering (IPO) paling jumbo adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) senilai Rp2,37 triliun. 

Dalam IPO, emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu itu melepas 12,48 miliar saham biasa dengan harga pelaksanaan Rp190 per saham. 

Sebelum CDIA, dua perusahaan lain sudah lebih dulu menyelesaikan IPO bernilai jumbo atau di atas Rp1 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Perolehan dana IPO tertinggi dicatatkan oleh emiten properti PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK). Anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) yang terafiliasi dengan Sugianto Kusuma alias Aguan itu meraih dana hasil IPO Rp 2,3 triliun.

Mengekor di belakang CBDK, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI) mencatatkan perolehan dana terbesar kedua dalam IPO tahun ini yang menyentuh angka Rp2 triliun. Yupi melepas 854.448.900 saham dalam IPO dengan harga per saham dibanderol Rp2.390.

“Jumlah emiten di pasar modal Indonesia sudah mencapai hampir 1.000 perusahaan,” kata Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Iding Pardi dalam seremoni peringatan 48 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Senin (11/8/2025).

Di sisi lain, dia menyampaikan pasar modal Indonesia menghadapi tantangan salah satunya kualitas emiten dan tata kelola korporasi yang baik. 

Berdasarkan pipeline BEI per 8 Agustus 2025, masih ada tujuh perusahaan yang saat ini masuk ke dalam antrean IPO untuk melantai di Bursa. 

"Hingga saat ini, terdapat tujuh perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," tulis Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna pada Jumat (8/8/2025).

Dari tujuh perusahaan yang masuk ke dalam pipeline IPO, tiga perusahaan berasal dari kategori berskala besar atau memiliki aset di atas Rp250 miliar. Sisanya, empat perusahaan lainnya berskala menengah dengan aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar.

Secara terperinci, dua perusahaan dalam pipeline IPO berasal dari sektor basic materials, dua perusahaan dari sektor industrials, satu perusahaan dari sektor financials, satu perusahaan dari sektor technology, serta satu perusahaan lainnya dari sektor transportasi dan logistik. 

Daftar IPO Paling Jumbo Sepanjang Sejarah BEI

Emiten

Raihan Dana IPO

Tanggal Listing

BUKA

Rp21,9 Triliun

6 Agustus 2021

MTEL

Rp18,46 Triliun

22 November 2021

GOTO

Rp13,5 Triliun

11 April 2022

ADRO

Rp12,25 Triliun

16 Juli 2008

AMMN

Rp10,73 Triliun

7 Juli 2023

NCKL

Rp10 Triliun

12 April 2023

PGEO

Rp9,06 Triliun

24 Februari 2023

MBMA

Rp8,74 Triliun

18 April 2023

BELI

Rp8 Triliun

8 November 2022

ICBP

Rp6,29 Triliun

7 Oktober 2010

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro