Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli IHSG Ditopang Saham Lapis Dua, Analis Bongkar Risikonya

IHSG bullish didorong saham lapis dua, namun risiko volatilitas tinggi. Investor jangka panjang dan institusi cenderung menghindari risiko, sementara investor jangka pendek tertarik.
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Gerak Bullish Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat ditopang oleh saham-saham papan pengembangan dan akselerasi, kala saham-saham papan utama bergerak stagnan dan melemah. Bagaimana risikonya?

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan pasar akan memiliki volatilitas yang jauh lebih tinggi apabila reli ditopang oleh saham-saham papan pengembangan dan akselerasi.

“Tidak semua pelaku pasar dan investor akan menerimanya, karena ada beragam karakteristik pelaku pasar dan investor yang bermain di jangka panjang,” kata Nico, Senin (28/7/2025).

Volatilitas pasar yang terlalu tinggi, kata dia, juga akan dihindari oleh pelaku pasar dan investor yang berasal dari kalangan institusi. Investor institusi menurutnya cenderung akan menghindari aset yang berisiko dan memindahkan portofolionya ke pasar obligasi.

Hanya saja, lanjutnya, apabila saham-saham papan pengembangan dan akselerasi memang kuat secara fundamental, memiliki potensi evaluasi yang menarik, prospek sektoralnya juga baik, dan didukung oleh narasi yang kuat, bukan tidak mungkin pelaku pasar dan investor tentu memiliki alasan yang kuat untuk bisa masuk. 

Di sisi lain, Nico melihat pergerakan pasar yang volatil cenderung akan menarik investor yang bermain di jangka pendek. 

Lebih lanjut, Nico menuturkan penguatan IHSG saat ini cenderung disebabkan oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang mengalami kenaikan. Saham-saham tersebut seperti BBRI, BBCA, BMRI, DCII, BYAN, TLKM, BREN, AMMN, DSSA, ASII, dan TPIA yang dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan. 

“Meskipun ada saham-saham perbankan di posisi big cap, namun saham selain perbankan mendukung untuk terus mengalami kenaikan,” tuturnya. 

Hal tersebut menurut Nico Berbeda dengan LQ45 dengan bobot besar yang berada di saham-saham seperti BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, AMMN, ASII, BRPT, BBNI, dan GOTO. 

Seperti yang diketahui, kata Nico, karena didominasi oleh sektor perbankan, dan rata-rata kinerja sektor perbankan sedang mengalami pelemahan, hal ini membuat LQ45 semakin sulit untuk beranjak naik. 

Adapun untuk paruh kedua ini, menurut Nico sentimen bagi pergerakan LQ45 akan datang dari kesepakatan dagang antara Amerika dengan Indonesia, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed, pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia, dan beberapa program pemerintah mulai berjalan. 

Sementara itu, sentimen negatif berasal dari tensi geopolitik tambahan antara Thailand dengan Kamboja, kesepakatan tarif yang masih bisa berubah, dan kebijakan Trump yang selalu berubah.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro