Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Biang Kerok Gerak Indeks LQ45 Belum Bisa Salip IHSG

Indeks LQ45 melemah 3,89% ytd, tertinggal dari IHSG yang naik 6,55%. Faktor penyebabnya adalah stagnasi saham big caps dan minimnya aksi korporasi menarik.
Layar menunjukkan pergerakan perdagangan saham di Jakarta, Kamis (24/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.530,90 pada Kamis (24/7/2025). Kenaikan ini ditopang oleh saham bank pelat merah atau BUMN yang kompak menguat./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Layar menunjukkan pergerakan perdagangan saham di Jakarta, Kamis (24/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.530,90 pada Kamis (24/7/2025). Kenaikan ini ditopang oleh saham bank pelat merah atau BUMN yang kompak menguat./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan indeks LQ45 tercatat belum mampu melampaui gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejumlah faktor diperkirakan menjadi penyebab lemahnya pergerakan indeks paling likuid ini. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 tercatat mengalami pelemahan 3,89% ke level 794,51 sejak awal tahun (year-to-date/ytd) per 25 Juli 2025. Pada periode yang sama, IHSG sudah mampu melaju dengan kenaikan 6,55% ytd ke level 7.543,50.

Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan indeks LQ45 mengalami kinerja yang lebih buruk atau underperform dibanding IHSG karena didominasi oleh saham big caps yang stagnan seperti big banks.

“Selain itu, minimnya aksi korporasi yang menarik dan tekanan sentimen global yang menahan arus dana asing juga menyebabkan LQ45 underperform,” ujar Sukarno, Senin (28/7/2025). 

Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) baru merombak ulang konstituen LQ45 pada periode rebalancing Agustus ini. Saham AADI dan SCMA menjadi dua saham yang masuk ke indeks terlikuid ini.

Sukarno melihat komposisi baru ini bisa menjadi katalis pergerakan positif LQ45 apabila kedua saham ini memiliki fundamental yang kuat, dan dapat menarik minat investor institusi secara luas. 

“Komposisi baru LQ45 bisa jadi katalis jika saham pendatang memiliki fundamental kuat dan menarik minat institusi secara luas,” tuturnya.

Adapun Sukarno mencermati, sejumlah sentimen akan menjadi penggerak IHSG maupun LQ45 pada paruh kedua 2025. Katalis tersebut seperti pelonggaran suku bunga BI yang dilakukan sebelumnya, berpotensi baru berdampak signifikan di semester kedua. 

Sementara itu, arah dovish dari Bank Sentral AS juga akan menjadi faktor penentu yang dapat mengegrakkan saham-saham di papan utama BEI hingga akhir tahun.

“Arah dovish The Fed menjadi sentimen kunci yang dapat mendorong saham-saham papan utama di sisa 2025, serta kepastian tarif Trump membuat kkehawatiran sebelumnya mulai mereda,” kata Sukarno.

Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan optimistis IHSG dapat bergerak hingga mencapai level 8.000 di tengah kondisi bullish saat ini. 

“IHSG mencapai 7.600 hari ini. Tolong doakan sama-sama, di ulang tahun ke-80, Indeks kita bisa mencapai 8.000,” ujar Iman, Senin (28/7/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro